Blogger news

Pages

Kamis, 13 September 2012

The Hardest Thing Is...


The hardest thing is I know that I love somebody but they don’t love me back.
The hardest thing is I let somebody’s tear unwiped, then somebody else wipes it.
The hardest thing is I love somebody then i don’t figure it out to tell it.
The hardest thing is I’m so sorry because i’m out of time to say what I should and regret for what i did.
The hardest thing is watching somebody i love, gets happiness with somebody else, not with happiness i promised.
The hardest thing is knowing that broken glass can’t be healed in any ways.
The hardest thing is explaining what happens exactly to somebody who even doesn’t want to listen at all.
The hardest thing is keeping the relationship up in distance.
The hardest thing is lying to myself that the piece of someone I love remains unleft.
The hardest thing is regarding someone I love as bright sky with rainbow around but they regard me no more than unseen one thin layer in millions colorful spectrums.
The hardest thing is letting flowers fade away as the relationship goes out.
The hardest thing is knowing someone I love doesn’t get the signal of my captivated feeling to them.
The hardest thing is I’m not able to catch my crush physically and unphysically.
The hardest thing is we are sitting together in same place and knowing that there’s is no more thing deserves to hold on.

Selasa, 11 September 2012

Ayo Jadi Hamba yang Pandai Bersyukur!

Dhuhur tadi, aku agak terkesima dengan pemandangan di dalam masjid pesantrenku. Bukan sesuatu yang pantas untuk diteriakin WOW sih. Hanya, apa yang kulihat tadi siang setidaknya pantas ditiru oleh siapapun. Setidaknya bagi orang-orang kaya yang berbudget besar lagi beriman kepada Sang Pencipta.
Seorang laki-laki muda dengan penampilan trendy sedang memegang sebuah Samsung Galaxy Tab. Dari kejauhan, nampaknya dia sedang browsing sesuatu, namun ketika diamati lebih dekat, maka kita tahu kalau ia sedang membaca Qur’an digital melalui gadget-nya itu. Suaranya memang tak keras, namun dia serius, tak main-main dengan ‘ritual’-nya itu. Nah, itulah yang disebut orang yang menggunakan fasilitas yang disediakan Allah dan mempersembahkan hidupnya untuk menyembah kepada-Nya. Apalagi fasilitas tablet yang dipegangnya itu tidaklah cukup seharga 2-3 juta rupiah. Nyatanya dia sungguh-sungguh beribadah dengan teknologi terkini itu. Aku jadi ingat nasehat abah kyai, “teknologi canggih yang kita miliki seharusnya menjadikan kita lebih dekat dengan Allah, bukan sebaliknya”. Aku yakin orang itu belum pernah mengikuti pengajian abah, namun dia malah sudah menerapkan isi pengajian abah tersebut.
Seperti yang kita ketahui kalau kita hidup di dunia ini tidak memiliki apapun. Allah lah yang memberikan fasilitas, baik lahir maupun batin yang tak terhitung jumlahnya. Jika kita tak mau menyembah-Nya, itu berarti kita melawan Allah dan tidak berterima kasih atas kebaikan Allah yang telah diberikan kepada kita. Ibarat anak yang durhaka kepada orang tua yang telah susah payah membesarkannya. Tak ada kata yang pantas untuk menyebut anak semacam itu kecuali kata kurang ajar!
Akan tetapi, jika kita memanfaatkan apapun yang ada di dunia ini dengan bijaksana, kemudian setelah itu digunakan untuk menyembah-Nya, maka Dia pasti gembira dengan perilaku kita. Laksana orang tua yang gembira memiliki anak yang hormat, patuh dan penurut kepada orang tuanya. Sebagai contoh, kita menggunakan fasilitas air untuk mandi dan sikat gigi. Kedua aktivitas ini merupakan kegiatan fisik manusia. Setelah melakukan keduanya, lalu kita berwudhu dan melaksanakan sholat wajib. Kedua hal terakhir ini merupakan bentuk terima kasih kita kepada Allah yang telah menurunkan air yang sangat berguna bagi kehidupan manusia, yang kita gunakan setiap hari, yang kita konsumsi setiap hari dan kita tak akan hidup tanpa air.
Sehingga, ayo marilah kita menjadi hamba yang pandai berterima kasih kepada Sang Pencipta.