Blogger news

Pages

Senin, 21 Juni 2010

Mbah Prayit

Di lingkungan pesantren ini,aku seolah olah memiliki keluarga baru.mereka itu bisa jadi teman teman satu pesantren maupun warga sekitar pesantren baik yang menjadi jamaah masjid maupun bukan.di sini,aku juga menganggap (nganggep mbah-Bahasa Jawa) dua orang jamaah masjid.mereka adalah Mbah Sajuri dan Mbah Prayit.mereka sudah menjadi jamaah masjid sejak masjid kampung itu masih dalam bentuk musholla.masjid itu menjadi saksi keakraban aku dengan kedua mbah yang menjumpai masa penjajahan Belanda dan Jepang ini.terkadang,aku bersama teman temanku beranjang sana ke rumah mereka untuk bertanya kabar.
Sayang,hari Minggu 13 Juni 2010,mbah Prayit dipanggil oleh Sang Kuasa.kepergiannya begitu mendadak.hari sebelumnya,beliau masih sempat sholat berjamaah.kemudian,beberapa jam kemudian beliau dibawa ke RS karena jantungnya melemah.malamnya,beliau sudah tiada.
Seperti menjadi tradisi dalam keluarga Islam-Jawa,keluarga mbah Prayit mengadakan tahlilan selama 7 hari berturut turut untuk mendoakan arwahnya.saat itulah aku menyaksikan bu Prayit di antara jamaah santri putri dan ibu ibu pengajian,nampak begitu tabah menerima kepergian suaminya itu.saat pembacaan doa,beliau menangis dan sesekali mengusap air matanya.sedangkan ketika membagi makanan,beliau nampak menebar keramahan dan senyuman kepada semua santri.memang bukan rahasia lagi.keluarga ini memang akrab dan sangat ramah dengan santri.terlebih dalam bulan Ramadhan.keluarga inilah yang pertama kali mengirimkan kolak atau jajanan pasar lainnya kepada jamaah masjid yang sedang tadarus sehabis Tarawih.mbah Prayit juga tak segan segan menawari santri untuk sahur bersama keluarganya,terutama bagi santri yang tak sempat makan sahur di warung.
Selamat jalan mbah Prayit.semoga Allah memberikan tempat terbaik di sisi-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar