Blogger news

Pages

Jumat, 16 April 2010

Try The Other Side

Selalu ada hal menarik yang kudapat dari bermain facebook. Mungkin sedikit berbeda dengan orang-orang pada umumnya. Namun juga tak menutup kemungkinan ada juga ‘spesies’ yang sama denganku. Hanya saja, bisa dihitung dengan jari. Hahaha…bukan maksudku menyombongkan diri. Tapi, aku memang sadar kalau spesies jenis sepertiku memang jarang ditemukan dalam komunitas facebook.
Aku terus terang muak dengan update an status teman-temanku yang bahasa kasarnya tak bermutu sama sekali. Bagaimana tidak, masa status “Aduh, mandi gak ya?”, “Aduh, ga bisa tidur niy. Cape banget!”, “Kepalaku pusing banget. Ada yang mau beliin aku obat?” dan status sampah lainnya, membuat aku berpikir sejenak, ternyata otak mahasiswa jaman sekarang cuma begitu isinya. Kata guru bahasa Inggrisku yang beliau pernah sampai Finlandia untuk mengikuti konferensi guru tingkat internasional, “Jangan mau jadi orang yang biasa-biasa saja, jangan mau berada di zona aman. Karena, jika kau melakukan hal itu, maka kau tidak akan terlihat di antara kerumunan. Kau akan sama dengan mereka. Terkadang tak berharga sama sekali. Maukah kau jadi orang yang tak berharga? Menjadi pasir di antara pasir, sehingga sulit dibedakan? Atau kau ingin menjadi sebutir permata kecil di tengah-tengah padang pasir?
Quote itu selalu terngiang dalam benakku. Hingga kini, aku merasa sedikit berdosa jika aku menulis updatean status yang tak bernilai semacam itu. Yang paling memalukan, temanku pernah menulis kalau celana dalamnya sudah tak diganti selama dua hari. Ada juga yang menulis, ingin buang air besar tapi ditahan. Apa coba manfaatnya dari nulis begituan. Sungguh menyampah!!!
Aku adalah orang yang menyukai belajar bahasa baru. Hingga kini, aku baru bisa berbicara memakai bahasa inggris dan Perancis. Ada yang kurang dalam hal penguasaan bahasa internasional ini. Jarang memakainya, bisa menjadi indicator pintu gerbang lupa terhadap penguasaan bahasa-bahasa itu. Oleh sebab itu, aku menambah teman facebookku dari luar negeri. Hasilnya pun banyak. Yang sering bercakap-cakap denganku adalah Ariffin Abdul Latiff. Beliau adalah orang asli Malaysia yang sekarrang bekerja di Bahrain. Dengan beliau, aku belajar bahasa Melayu sekaligus bahasa Inggris. Seperti yang kita tahu orang-orang Malaysia punya ability Bahasa inggris yang lebih baik disbanding Indonesia. Terlebih beliau bekerja bersama orang-orang Britain. Kurang apa lagi coba? Aku tentunya banyak belajar dari beliau mengenai penggunaan kata-kata yang sesuai dengan situasi dalam bahasa Inggris. Misalkan, look deeply lebih cocok digunakan ketika kita sedang melihat wajah pacar kita, disbanding menggunakan kata observe. Memangnya pacar kita Amoeba?
Satu lagi, aku punya teman dari Israel. Namanya Avital Portnov. Jangan terkecoh dengan namanya. Dia perempuan. Cantik sekali. Dengannya, aku belajar bahasa Ibrani. Atau orang sana menyebutnya Hebrew. Sumpah! Tulisan Ibrani yang mirip cacing kepanasan itu membuatku berkerut jidat. Sulit sekali. Tak berlebihan jika Bahasa kaum Yahudi itu diganjar dengan predikat sebagai bahasa tersulit di dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar