
Dua hari ini aku menginap di rumah temanku yang ada di Gombong untuk kedua kalinya. April tahun lalu, aku bersama dua temanku lainnya juga datang kemari dengan susunan event yang lebih ramai dibanding dengan plesiranku kali ini. Barangkali aku pernah menceritakan hal ini sebelumnya. Kamar yang aku tempati bersama temanku itu adalah kamar yang angker. Tentu saja, bukan karena aku yang paranoid. Aku bisa berkata seperti ini karena dari dianya langsung yang memang mengaku bahwa kamar itu memang ada penunggunya. Konon menurut kabar yang beredar,penunggu kamar itu tidaklah mengganggu. Melainkan hanya 'berfungsi' sebagai penjaga tempat kediaman tersebut.
Secara fisik, kamar yang penuh dengan tatanan kitab kitab berbahasa Arab itu memang sumpek. Dua ventilasi yang ada di dinding tidak dibuat sebagaimana mestinya, dan itu berdampak pada kesegaran udara yang memang apa adanya. Uniknya, selama aku ada di kamar itu, tak kujumpai sama sekali hewan dinding seperti cicak, semut apalagi kecoa. Sebagaimana kamar kamar kebanyakan. Mulai dari keengganan untuk hadirnya hewan 'wajib' di setiap rumah itulah aku mulai berpikir yang aneh aneh. Hawa kamar yang kelewat hangat dan beberapa kali aku melihat bayangan yang melintas di dalam maupun di luar kamar itulah aku menjadi sedikit parno.
Satu hal yang perlu menjadi catatan. Memang, hal ini kurang kuat untuk dijadikan bukti otentik. Namun, letaknya yang langsung berhadapan dengan posisi aku tidur, membuatku makin kacau dalam berpikir sehat setiap kali sepasang mataku menangkap gambar sederhana itu. Adalah sebuah gambar banaspati. Kepala manusia dengan kobaran api di sekelilingnya, tergambar aneh di lemari yang digunakan untuk menaruh kitab dan alat kosmetik. Gambar yang dibuat dengan menggunakan spidol marker hitam itu, selalu membuatku bertanya-tanya, apa benar penampakan penunggu kamar itu adalah banaspati?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar