
Palembang. dari awal aku sudah mengira akan ada banyak cerita di sini. cerita yang mungkin tak aku temukan di Tanah Jawa. cerita tentang budaya dan bahasa yang terdengar sedikit asing bagiku. ya, pertama dalam hidupku menjejakkan kaki di bumi Andalas ini. Pemandangan rumah panggung kumuh di sepanjang bantaran sungai yang lebarnya mungkin hanya bisa disamai dengan ukuran muara di Jawa. lebar sekali, dengan air yang keruh. maklum saja Palembang bukanlah Purwokerto. dia kota yang hampir sejajar dengan laut. air tanah pun terkadang rembesan dari rawa, air-air yang sudah dipakai berkali-kali di "atas" sana, bisa jadi mata air yang berharga di sini.
Ternyata Palembang tak jauh berbeda dengan Purworejo. ukuran jalannya, ramainya, kepadatan penduduknya, hanya di sini sedikit panas. ini pun berdampak dengan merebaknya populasi nyamuk yang sangat banyak. sekali lagi, inilah resiko tinggal di dataran rendah. bandingkan dengan Purwokerto dengan ketinggian lebih dari 500 dpl, mana berani nyamuk seenaknya bebas berkembang. rupanya sini surganya zombi terbang itu. makanya kalau mau tidur, nyalakan kipas angin dengan kecepatan putaran tinggi atau gunakan lotion anti nyamuk. saran ahli kesehatan setempat, apabila sakit muncul atau berlanjut, hubungi dokter.
Lingkungan baru, bahasa baru, orang orang baru dan tentu saja budaya baru. entah harus berkata syukur atau malah sebaliknya. lingkungan perumahan yang berdampak pada sikap keseharian mereka. suasana lebaran sangat terasa berbeda dengan yang di jawa. di sini, tak ada istilah halal bihalal antartetangga. soalnya jarang yang kita kenal. sayang sekali, bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar