sesungguhnya aku tak suka rumah itu dibangun.rumah yg berdiri di atas bekas perkebunan samping rumahku.dulu ada pohon jambu dan pisang.tapi sekarang lenyap dan digantikan rumah bergaya mediterania itu.ornamen yang menghiasi rumah tersebut tak main-main.ada pohon anggur membelit-belit anyaman bambu di halaman depan rumah.ada juga palm mesir,alang-alang hias dan berbagai macam kaktus.gua buatan dan air mancur mini menambah kesan back to nature.namun,tetap saja aku tak menyukai rumah itu.sang pemiliknya,seorang sarjana hukum beranak satu.untungnya mereka baik,jadi ga parah2 banget keberadaan rumah itu.
Sang pemilik adalah seorang akta notaris.menurutku,ia sudah hidup bercukupan.tapi,apa dikata.namanya saja manusia.tak akan pernah puas.sehingga,waktu pemilihan dewan legislatif beberapa bulan yg lalu,ia ikut 'nyalon'.aku lupa partai apa.tapi,aku tak begitu percaya dia akan lolos.kepribadian dan kedekatan dg penduduklah yang kurasa belum ia kuasai.alhasil,ia sungguh2 tak lolos.
Sekarang,rumah mediteranen itu jadi milik seorang kyai sebuah pesantren di depan rumahku.semua orang tahu,rumah itu dijual.inilah salah satu contoh ambisi manusia.
Tentunya,he's Having A Typical Emotional Upset...atau bahasa gampangnya,kekecewaan tingkat tinggi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar