Blogger news

Pages

Minggu, 26 Februari 2012

Dan Akhirnya Kartu 3 Saya Diblokir.... Hahaha


Sebenarnya ini bukanlah tulisan yang penting. Namun sepertinya aku memang perlu menceritakannya, biar menambah keyakinan kalau yang berlebihan itu memang tidak baik.

Setelah 3 bulan lebih menikmati akses gratis internet kartu 3, akhirnya kartu 3-ku diblokir provider. Hahaha...awalnya sungguh kecewa bukan buatan. Itu nomor penuh kenangan bagiku, dan dengan seenak udel mereka asal memblokir nomorku. Terlebih sehari sebelumnya aku mendapat kiriman pulsa misterius. Dengan diblokirnya kartuku itu, rasanya sayang sekali kalau mengingat pulsa dan kenangan di dalamnya. Namun harus bagaimana lagi?

Setelah aku menghubungi operator untuk kedua kalinya, aku diberi tahu bahwa kartuku masih bisa digunakan untuk telpon dan sms, namun tidak untuk internet karena sudah ketahuan kalau aku tidak menggunakan fasilitas tersebut melalui jalur resmi alias memakai trik opera mini gratis. Sehingga pihak provider memblokir akses internet secara sepihak.

Baru kuingat, selama 3 bulan terakhir, aku memang menggunakan akses gratis itu secara berlebihan sehingga melebihi kuota. Bayangkan saja, mana ada orang memakai akses internet ponsel sampai 4,2 GB dalam kurun waktu 3 bulan? Hahaha...

Akhirnya, aku membeli nomor 3 baru lagi. Dengan seharga 6 ribu rupiah, akhirnya aku bisa berselancar di dunia maya tanpa terkendala, dan yang pastinya gratis.

HAHAHA, Agus kok dilawan!!!

Sabtu, 25 Februari 2012

Sangat Disayangkan, Sobat...

Sangat disayangkan, hari gini masih ada orang yang menganggap dirinya lebih baik daripada orang lain. Dengan alasan, dia sering mengerjakan sholat tepat waktu, sering mengaji, sering memberikan "ceramah" di Facebook, sering berpenampilan Islami dan sering bertutur kata sopan di depan orang lain. Padahal, apakah ada jaminan ia masih berbuat demikian 20 tahun yang akan datang?

Sangat disayangkan hari gini masih ada orang yang masih melihat segala sesuatu dari apa yang ia LIHAT, daripada apa yang sedang TERJADI. Sehingga ia begitu mudah menilai baik buruk orang lain hanya dengan satu kali kerlingan mata. Padahal apakah ada jaminan pada kerlingan pertama itu adalah suatu kebenaran?

Sayang sekali hari gini masih ada orang yang terpukau dengan perempuan yang berhijab. Sampai segitunya hingga ia berpendapat kalau perempuan berhijab itu lebih dimuliakan oleh Allah di atas perempuan lain. apakah yang demikian itu juga ada jaminan surga saat kita ada di hadapan-Nya?

Sangat disayangkan ketika masih ada orang yang masih menganggap dirinya paling benar dan dengan alasan itu, ia merasa Allah berada di pihaknya serta sangat yakin Allah akan melawan pihak lain bersamanya. Di sisi lain, bahkan ia masih mementingkan penampilan daripada hati.

Semoga Allah senantiasa menjaga hati kita dari sifat takabbur dan merendahkan orang lain, sobat. Amiin...

Senin, 13 Februari 2012

Teh dan Gemuruh dari Arah Utara

Ada satu bab yang sengaja aku persembahkan khusus untuk nenek dalam novel keduaku. Bab yang menceritakan bagaimana kita pernah bertengkar hebat di malam hari, namun semuanya akan kembali seperti sedia kala di pagi harinya. Secangkir teh manis hangat adalah simbolis perdamaian dua manusia beda generasi ini. Setiap pagi, di setiap aroma teh yang kucium, sering kurasakan kehadiran nenek di situ.

Begitu juga dengan gemuruh dari arah utara sana. Gemuruh pertanda akan datangnya hujan menjadi fenomena yang mungkin akan selalu kuhubung-hubungkan dengan pengorbanan nenek yang tak pernah lelah mencari nafkah. Nenek akan memberiku kejutan setelah beliau pulang ke rumah berbarengan dengan guyuran hujan. Ya, beliau adalah pribadi yang luar biasa. Meskipun hujan turun dengan deras, tak lupa membelikan jajan untukku. Bahkan ketika beliau di Palembang, masih sempat berkata,"Kae Agus ditukokno jajan. Melaske".

Benar juga kata bijak ini. Anak akan selalu mengingat kebaikan-kebaikan dan kasih sayang dari orang tuanya, bukan mengingat dari harta benda yang mereka peroleh dari kedua orang tuanya.

Kamis, 09 Februari 2012

Nenek Penjual Kacang Rebus


Jalan-jalan sore di alun-alun Purworejo menyisakan kenangan yang indah. Kenangan itu kembali mengingatkanku kepada simbok, nenek dari pihak ibu yang telah meninggal ketika aku masih SMP.

Di alun-alun sebelah utara barat, terdapat nenek-nenek yang berjualan kacang rebus. Biasanya mereka berjumlah dua atau tiga orang, kalau kemarin sore kebetulan aku hanya melihat seorang. Nenek itu hanya duduk di atas dingklik sederhana, menggelar dagangannya dengan sebuah tenggok. Kacang rebus tersebut kemudian diletakkan di atas tenggok itu. Tak lupa satu buah sentir berbahan bakar minyak tanah diletakkan menyatu di pinggir tenggok sebagai alat penerangan.

Pernah suatu ketika saat aku sedang online di TBA, aku melihat seorang nenek pulang dengan menggendong sebuah tenggok. Waktu itu kira-kira pukul 3 pagi.
Coba bayangkan, dengan usaha yang sedemikian beratnya, berapa rupiah yang beliau-beliau ini peroleh.

Bersyukurlah dengan keadaan kita sekarang. Masih banyak orang di luar sana yang harus bekerja keras tak kenal waktu demi mengepulkan dapur mereka.

Semoga Tuhan senantiasa memberikan rejeki yang halal dan berkah kepada mereka. Amin

Rabu, 08 Februari 2012

Tanya Mengapa


Sejauh aku melakukan perjalanan di kotaku tercinta, ternyata aku menemukan banyak sekali pelajaran yang bisa aku ambil ibroh-nya. Entah siang, entah malam, entah pagi, entah sore, kutemukan fenomena yang mirip dan bahkan terjadi di setiap sudut kota. Meskipun ini tidak bisa dipukul rata di seluruh kota demikian, atau hal ini mewabah di mana-mana, setidaknya ini adalah pelajaran bagi orang yang mau berpikir dan menggunakan akalnya untuk membaca ayat-ayat kauniah-Nya.

Cobalah keliling kota dengan jalan kaki. Telusurilah setiap pinggir jalan protokol maupun gang-gang kecil, akhiri perjalanan anda di masjid atau musholla. Akan lebih baik jika anda mengunjungi masjid agung. Bandingkanlah perbedaannya.

Kalau anda belum mengetahui jawabannya, akan saya ceritakan di sini. Banyak mobil dan sepeda motor memasuki area masjid agung. Si empunya nampak begitu semangat menjawab seruan adzan yang baru saja berkumandang. Sedangkan di pinggir-pinggir jalan, apalagi jalan yang gelap, terlihat tukang becak yang gusar menanti penumpang sambil menyelidiki kemungkinan nomor berapa yang keluar besok, pengangguran tidak jelas dan orang yang sibuk dengan dunianya hingga mereka menafikan adzan lima waktu. Mereka sayangnya hanya mendengar, tidak mendengarkan.

Adzan itu indah. Diam, dengarkan, dan jawablah dengan keindahan pula.

Minggu, 05 Februari 2012

Hutan Bambu


Hutan bambu itu sampai kapanpun akan selalu menjadi saksi bisu antara aku dan nenekku.
Bagaimana aku suka berpetualang ke sana membantu nenekku mencari kayu bakar.
Atau menggunakan dalih tersebut untuk bermain-main sesuka hati sambil mendengarkan radio di pokok bambu yang tumbang.
Dulu, kebun bambu itu bersih, siapapun pasti akan senang duduk berlama-lama di sana. Bercerita soal makanan favorit dengan nenek maupun bacaan sholat yang belum kupahami dengan baik.
Pohon-pohon bambu itu sekaligus menjadi saksi bagaimana nenekku menangis karenaku, dan aku pun sibuk bagaimana harus menenangkan beliau.
Aku bersyukur punya nenek seperti beliau, yang bekerja keras dan selalu bersemangat.
Ribuan pohon bambu telah berhasil beliau tundukkan selama bertahun-tahun. Di sana adalah medan perang dan tempatku berbagi tawa dan canda bersama beliau.
Dulu tempat itu kusebut kebun bambu.
Kini aku menyebutnya hutan bambu.

Sabtu, 04 Februari 2012

Segelas Susu Cokelat Hangat


Segelas susu cokelat hangat di musim hujan, mungkin hanyalah hal biasa bagi sebagian orang.

Namun, ini sangat bermakna bagiku. Terkadang ketika hujan mulai turun, aku ingin membuatkan segelas susu cokelat untuk nenek.

Nenek sangat menyukainya. Setidaknya, itu yang bisa aku lakukan untuk beliau setelah beliau lelah seharian bekerja untuk mencari berkah.

Bahkan aku tidak sempat membuatkan segelas susu cokelat hangat untuk nenek, untuk yang terakhir kalinya, di sebuah pagi yang dingin di bulan Desember.

Jumat, 03 Februari 2012

Pagi yang Kurindukan Itu...


The brick walls aren't there to keep us out, but to give us a chance to show how badly we want something. -R Pausch-

Jumat pagi, pukul 08.30, hari ketiga di Februari, aku terbangun dengan kepala masih sedikit pusing warisan kemarin. Ini memang sedikit menyebalkan bagiku, namun hari inilah aku bermimpi untuk pertama kalinya bertemu dengan nenekku setelah kepergiannya hampir 2 bulan yang lalu.

Dalam mimpi itu, nenek memintaku untuk membelikan kluek, iceng dan satu bungkus susu cokelat. Kluek adalah sejenis bumbu masak tradisional berbentuk bulat yang biasanya digunakan untuk menciptakan kuah masakan yang kental, iceng, aku tak tahu apa ini, dan nenek pun menyarankan lebih baik aku tak membelinya, serta susu cokelat, ini adalah minuman favorit nenek.

Kluek seharga Rp 300,00, kata nenek dalam mimpi itu. Iceng, tak kubeli, dan susu cokelat sekitar seribuan. Tapi nenek memberiku uang Rp 203.000,00. Bahkan terlalu banyak untuk membeli ketiga barang itu.

Akhirnya aku berangkat di pagi itu, dengan gerimis yang mulai menyapa pagi yang kurindukan itu.


Nenek, sosok yang masih kurindukan sampai kapanpun.