Blogger news

Pages

Kamis, 21 Februari 2013

3 - IM3


Tentang salah satu contoh kesetiaan yang sedang kubangun sampai sekarang adalah bagaimana loyalitasku pada pemakaian nomor ponsel. Hal sepele memang. Akan tetapi, meskipun hal tersebut bukanlah perkara krusial dan melanggarnya pun tidak akan ditindak pidana, kumerasa tetap perlu melakukannya. Dimulai dari melaksanakan hal-hal yang sepele dan membiasakannya, sehingga aku tak perlu kerepotan untuk menjaga kesetiaanku untuk perkara yang lebih besar nanti. Pernikahan contohnya. Tapi sudahlah, aku sedang tidak akan membahas soal pernikahan, terlalu jauh dan terlalu spekulatif jika memaksakan untuk menjabarkannya di forum ini. Kembali pada pokok bahasan awal bahwa aku hanya sedang mencoba setia memakai satu nomor ponsel saja.

Aku adalah penggemar setia 3 sejak bertahun-tahun lalu. Tepatnya aku lupa kapan. Pastinya sudah lebih 3 tahun aku menjadikan operator asli Inggris ini sebagai sahabat telekomunikasiku. Banyak kelebihan yang ditawarkan sehingga membuatku tetap setia. Ibarat alasan setia mengapa suami betah di rumah, salah tiganya karena istrinya cantik, ahli memasak dan penyayang. Maka beberapa salah (alasan, bukan hanya salah satu) kenapa aku begitu sticky dengan operator 3 karena paket sms dan internet yang diobral sembarang kuota. Ingatkah bahwa sampai saat ini 3 menawarkan promosi kirim sms ke sesama operator tanpa batas alias unlimited? Sebenarnya bukan unlimited sih, sekitar berapa puluh ribu sms gitu, namun siapa orang yang bisa menghabiskan kuota sms segitu banyaknya dalam sehari hanya setelah mengirim satu sms seharga lima ratus perak? (Mau keloloden hp apa?). Belum lagi paket internet yang masya Allah murahnya. Saat ini bahkan aku sudah mendaftarkan nomorku untuk berlanggangan AlwaysOn selama setahun. Itu artinya aku mendapatkan kuota internet sekian MB selama setahun ke depan. Belum lagi harga paket tambahan sebanyak 100 MB hanya dihargai Rp 5.000,00. Mana ada operator yang rela banting harga sedemikian kerasnya?
Satu lagi, karena ponselku bisa dibuat modem, itu artinya aku semakin bebas mengakses jejaring sosial sekaligus ngurusin blog-ku tanpa harus kelimpungan menjadi tempat online gratis yang mulai banyak tersebar di sepanjang kotaku. Tetap stay cool di dalam kamar, sambil ngemil seraya menikmati segelas susu kacang ijo, rasanya tak berlebihan kalau aku menganggap surga dunia dipindahkan sebentar ke kamarku. Peduli setan dengan modem yang belum kuisi, ponselku ternyata multiguna meskipun fiturnya tak semegah harapanku.

Sampai suatu ketika kesetiaanku diuji ketika aku bertandang ke rumahnya Hasan di pedalaman Batang. Aku mengatakan pedalaman karena nyatanya rumahnya teramat jauh dari jangkauan. Melewati areal persawahan beberapa kali dan setiap sawah luasnya barangkali hanya bisa ditandingi dengan tiga kali ukuran lapangan sepak bola. Pun demikian, kita masih harus melewati pemukiman penduduk, melewati muara, menyeberang jembatan dan gang-gang kecil dengan puluhan anak kecil yang mewek minta dibeliin jajan sama emaknya. Duh, melihat pemandangan yang sedemikian getirnya, hanya satu hal yang amat kukhawatirkan, jangan-jangan tidak ada sinyal 3 di sini.
Tuhan pun mengabulkan kekhawatiranku. Aku dikerjain habis-habisan oleh Kecamatan Depok, Kabupaten Batang. Tidak ada sinyal 3 barang satu bar pun. Kalau pun ada, aku harus keluar rumah, nongkrong di belakang rumah, beratapkan langit dan dikelilingi oleh hutan gelap yang acapkali membuat pikiranku ketir-ketir kalau ada makhluk bukan dari bangsa manusia datang menghampiriku ingin ikut aku online dengan hape jadulku. Haduh, memang kuakui tinggal 3 hari di rumah Hasan adalah pengalaman yang menyenangkan. Kita bisa bermain ke laut, ke ladang melati, ke pusat perbelanjaan batik, ke mana-mana namun sayangnya semuanya dibarengi dengan minimalnya sinyal jaringan operatorku.
Dan apalagi yang menarik setelah mengunjungi rumah Hasan? Seperti sejarah bilang, cucu nabi Muhammad yang terkenal seantero jagad yakni Hasan dan Husein. Nah, satu cerita lagi tentang perjalananku ke rumah Husein di Kecamatan Jingkang, Purbalingga. Niat awalnya karena aku dan teman-temanku ingin menengok ibunya Husein yang sedang ditimpa musibah. Sekaligus berpetualang melewati hutan pinus yang selalu bertabur kabut di kala pagi dan sore menjelang. Sebuah pemandangan indah khas pegunungan, dengan berbagai macam tanaman buah ada di sekeliling rumahnya, tak kurang buah jambu, alpukat, papaya, tanaman cengkih, kopi, teh, glagah, dan beberapa tanaman palawija lainnya, menyebabkan aku sebenarnya tak keberatan tinggal di situ berlama-lama (kecuali jika aku tak punya muka dengan enaknya numpang makan gratis di sana). Hanya satu saja kendala, tidak ada sinyal 3 sedikit pun di sana. Sehingga tak heran, ketika aku sudah turun gunung, banyak sms-pun berdatangan dan isinya hampir seragam, memprotes mengapa aku tak pernah membalas sms mereka.

Berangkat dari pengalaman inilah, terpikirkan aku ingin menambah koleksi nomor operatorku. Pilihanku jatuh pada IM3. Tak banyak pertimbangan yang ditawarkan memang. Kebanyakan temanku memakai IM3, ketersediaan sinyal sedikit lumayan dibanding 3, dan paket internet kali ini lumayan kedengarannya (entah bagaimana dengan tariff yang akan ditetapkan ke depannya). Sehingga karena alasan inilah aku membeli perdana IM3 sewaktu aku pulang ke Purworejo kemarin Senin.

Untunglah aku mendapatkan nomor yang tak begitu buruk rupa. Apa pendapat kalian dengan nomor ini? 085602029602. Lalu tebaklah berapa harganya? Empat ribu rupiah, tak lebih dari itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar