Blogger news

Pages

Jumat, 24 September 2010

This Used To Be My Playground



Malam ini,aku menghadiri acara khoul di pondok pesantren depan rumahku.waktu aku dan sahabat dekatku memenuhi undangan,acaranya belum dimulai.beberapa orang berpakaian gamis nampak berdiri di halaman depan sebagai penerima tamu.ada pula yang sibuk menyiapkan makanan,tempat duduk,tempat pengajian dan menata motor yang diparkir sembarangan.kulihat cuaca yang lembab habis disiram hujan,memunculkan kabut yang melayang tipis di halaman masjid.namun aku yakin,meskipun hawanya dingin seperti itu,tak menyurutkan animo tamu undangan.apalagi sebabnya selain bapak kyai langsung yang punya hajat?
Saat acara dimulai,aku duduk di luar bersama temanku dan bapak bapak (rasanya,aku tamu termuda di situ).aku tatap setiap pojok ruangan pesantren.ingatanku seakan ditarik flashback melihat tiap sudut bangunan yang sudah ada sejak jaman Jepang itu.dulu,sewaktu umurku belum menginjak 9 tahun,aku suka sekali bermain di lingkungan pesantren ini bersama para gus (gus= sebutan yang ditujukan kepada putera kiai) seperti gus 'Ilmi,Ahil,Wafi,Baha',dan Hamid.kita biasanya main mobil mobilan dari gedebog pisang di lapangan pesantren yang berdebu.membuat kolam sehabis hujan di depan rumah Mbah Badar,mencuri mangga dan jambu air di depan rumah pak kyai Dawud Masykuri.mengacak acak dapur pesantren dan membakar sampah serta buku agama.bermain di lorong lorong pesantren dan tempat jemuran.menggoda santri putri yang baru selesai mandi di mbelik (kolam kecil yang tertutup).dan yang paling heboh hingga kuingat sampai sekarang,kita pernah mengendap endap ke kamar mandi untuk mengintip bu nyai mandi.bangunan semi permanen itu ternyata menyisakan lubang bekas peralon yang hanya disumpal plastik deterjen.jika sumpalan itu dilepas,tampaklah pemandangan yang menjadi tujuan kita.waktu itu,bu nyai masih muda sehingga menjadi panorama yang tak begitu menjengkelkan.anehnya,perbuatan kriminal ini dilakukan karena aku diajak oleh seorang gus.astaghfirullahal adzim...
Dan pesantren itu pun kini berubah.hanya mempertahankan bentuk konstruksi bangunannya sekaligus kaligrafi tembok khas yang diambil dari Qur'an Surat Ali Imron 169.selebihnya,penggantian warna cat tembok dan penambahan ruangan,sekiranya faktor lumrah mengingat makin banyaknya santri yang datang dari tahun ke tahun.
Saat acara khoul menjelang usai,aku melihat keakraban para santri dalam mensukseskan acara tersebut,menerbitkan rasa sesal yang tiba tiba membuncah dalam hati kecilku,''Mengapa aku tidak menjadi santri sejak dulu?''

Tidak ada komentar:

Posting Komentar