Blogger news

Pages

Kamis, 23 September 2010

Praktisi Komunikasi Sejati


Terus terang,aku heran dengan banyaknya buku komunikasi yang aku pelajari.benda benda itu (memang penuh dengan teori) dan selalu mengagung agungkan model pemikiran Barat.bahkan dari nama pencetusnya saja,dapat diketahui bahwa mereka ada yang keturunan Yahudi.
Sebenarnya,masalah yang aku kemukakan di sini bukan dari mana mereka berasal dan juga agama mereka.namun lebih pada labelisme kepemilikan ilmu yang mereka punyai.atau bahasa mudahnya,mereka selalu mengklaim bahwa ilmu komunikasi yang mereka kuasai memang bersumber dari pemikiran mereka sendiri.padahal?tengok saja.dalam kumpulan buku ilmu komunikasi,mereka rata rata hidup pada abad 19.paling banter/sesepuh sugeng di awal tahun 1800-an.hadeh...belum ada apa apanya.mereka hidup di balik meja dan berpikir hingga botak dan lapar lalu makan.tak tahu,apa yang mereka pikirkan sudah dipraktekkan oleh pahlawan pahlawan Islam milik pulau Jawa.
Mereka tak menyadari ,di tahun 1400-an,hiduplah Raden Mas Said,putera dari bupati Tuban yang menyebarkan Islam di tanah Jawa khususnya daerah Cirebon dan Kadilangu,Demak.kita lebih mengenalnya dengan sebutan Sunan Kalijaga.nama Kalijaga diasumsikan dari banyak sumber.ada yang menyebutkan nama itu adalah nama sebuah desa Kalijaga,Cirebon.ada yang mengatakan itu kebiasaan beliau yang suka berendam di pinggir kali (kali= sungai,jaga= menjaga.kalijaga= menjaga sungai).namun ada juga yang berpendapat nama itu diderivasikan dari suku kata arab,yaitu qadli dzaka yang berarti pemimpin yang suci.
Apa kehebatan beliau?
Dalam menyebarkan Islam,beliau selalu berpedoman pada Al Qur'an dan Al Hadits.namun,cara penyampaiannya bukan secara langsung seperti mengajak penduduk mengaji dan sholat.akan tetapi,beliau menggunakan metode pendekatan budaya.beliau yakin,jika kepercayaan penduduk langsung diserang,mereka akan marah,melawan dan tak membuka diri dengan pesan komunikasi sang sunan,yaitu ajaran agama Islam.
Sang sunan memanfaatkan kesenangan penduduk akan nyanyian dan karawitan.sehingga,beliau menciptakan lagu lagu yang memuat pesan Islami lalu dinyanyikan dengan iringan gending.penduduk lambat laut pun suka,kemudian sedikit demi sedikit mereka memahami ajaran yang dibawa sunan dan meninggalkan kepercayaan mereka.
Tahukah kamu?lagu Ilir Ilir ternyata sarat mengandung pesan agama.maknai liriknya,''cah angon cah angon,penekno blimbing kui.lunyu lunyu penekno...kanggo sobo mengko sore'' (wahai penggembala,ambilkan belimbing itu.meski dahannya licin,tolong ambilkan...sebagai bekal sore nanti).
Makna universal dari lirik itu adalah,kita diibaratkan sebagai penggembala yang berusaha keras menggembala kambing (bekerja untuk mencari nafkah).meskipun demikian,kita diminta untuk mengambil buah belimbing.pastinya kamu tahu,belimbing itu memiliki lingir/sisi yang menonjol berjumlah lima= sebagai penyimbolan sholat 5 waktu.jadi kita diwajibkan untuk menunaikan sholat 5 waktu,meskipun lunyu/ sulit/ berat,lakukanlah dengan iklas.agar buah belimbing itu bisa dijadikan sebagai bekal nanti sore,yaitu waktu menghadap Tuhan YME.tahu 'kan,ibadah yang pertama kali dihisab apa?
Begitulah sunan menerapkan pendekatan budaya dalam menyampaikan pesan komunikasi.sama persis dengan teori komunikasi yang dicontek ilmuwan barat bahwa pendekatan budaya adalah salah satu metode penyampaian pesan secara efektif.hal ini karena approachment tersebut menyetarakan komunikator dan komunikan.tak ada yang dianggap lebih tinggi maupun lebih rendah.sebab komunikator berinteraksi langsung serta membangun kedekatan emosional dengan komunikan.
Subhanallah...hebat sekali para pendekar Islam di tanah Jawa ini.
Merekalah teoritis dan praktisi ilmuwan di bidang komunikasi terhebat yang pernah dimiliki Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar