
22 tahun lalu,ia menanam bunga biru.
21 tahun lalu pun ia menanam lagi bunga merah.
Kedua bunga tersebut tumbuh subur di halaman depan rumahnya.
Atas rahmat Tuhan,mereka jauh lebih rimbun dari yang dibayang dan diharapkan sebelumnya.
Tapi,tahukah kamu?
Selama rentang waktu itu,dia tak pernah menyirami,merawat bahkan memupuk keduanya.
Dibiarkan begitu saja.
Tak peduli akan layu.
Mati.
Diserang hama.
Rontok daunnya.
Gugur sebelum berbunga.
Hancur akarnya.
Kekeringan.
Tenggelam oleh air hujan.
Goyah.
Hampir tercerabut.
Tumbuh bengkok.
Dipatuk hewan,
maupun tak tersirani oleh guyuran sinar mentari.
Bunga bunga itu tumbuh dengan liarnya.
Berbunga dengan anggun dan molek.
Dan tentang wanginya, membahana hingga ke seluruh penjuru desa dan kota.
Wangi.
Sungguh wangi.
Dan tak pernah memudar.
Tak pernah berubah meski sedikitpun.
Namun...
Kedua bunga itu berjanji tak akan mengharumkannya,dan rumahnya,serta namanya.
Karena bunga itu kini tegak berdiri dan sudah lelah dengan kelakuannya.
Mereka akan tetap tumbuh.
Untuk orang orang yang telah memperjuangkan keduanya.
Bukan demi penanam bunga itu.
Bukan demi dia.
Sungguh bukan demi dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar