Blogger news

Pages

Rabu, 09 November 2011

The Friend's (Never) Gone II


Siapa yang tak kesal punya teman yang lemot-nya naudzubillah? Ibarat dia sebuah smartphone, maka ia seperti Nokia N73 yang prosesornya masih ARM 11 220 MHz. Yang itu artinya ponsel yang katanya smart itu masih memerlukan waktu sekian menit hanya untuk membuka folder musik atau foto. Menyebalkan sekali.
Aku punya teman yang demikian. Sebut saja Fuad. Dia berasal dari Gombong, Kebumen. Kesehariannya tak jauh berbeda dengan Andi, seorang sahabatku yang sudah kuceritakan pada post sebelumnya. Dia malas kuliah, malas pula membuka buku, tapi paling getol buka facebook dan mendengarkan musik sendirian di kamar sambil memukul-mukul apapun yang ada di depannya, persis seperti musikus gagal.
Jika kita mengajaknya pergi ke suatu tempat, dia selalu ada di barisan paling belakang. Kalau kita sudah selesai mandi, maka ia masih sibuk mencari sabun dan pasta giginya yang mendadak raib (padahal faktanya dia lupa menaruh kedua barang tersebut). Kalau kita sudah siap-siap memakai baju terbaik untuk merayakan hari ini, dia masih sibuk bermain busa sabun di kamar mandi atas. Kalau kita sudah siap berangkat dengan dandanan necis, bisa dipastikan dia masih sibuk memilih baju apa yang akan dia pakai hari ini. Semua hal tentang dia, hampir selalu terlambat. Selalu saja begitu dan belum ada indikasi menuju perbaikan dari hari demi hari.
Namun, semuanya tak berhenti sampai di situ. Tak semua hal yang buruk selalu menimbulkan efek domino di sektor-sektor lainnya. Dia adalah salah satu teman baikku. Meskipun prosesornya masih 220 MHz, ia masih memiliki keunggulan, baterainya awet (dalam dunia smartphone, ponsel yang berprosesor kecil maka loading ponsel tersebut lama namun baterainya awet. Berbanding terbalik dengan ponsel dengan menggunakan prosesor besar seperti Android dan Windows Phone, biasanya ponsel tersebut kecepatan loadingnya menakjubkan namun daya tahan baterainya menyedihkan). Dia adalah teman yang selalu ada dalam suka dukaku. Dia rela mendengarkan aku bercerita soal masalah pribadiku, begitu pula sebaliknya. Tak jarang kita tertawa bareng saat menceritakan kisah konyol, tak jarang pula saling menguatkan saat sedang berada di posisi terendah apapun. Hampir tak ada yang tak diceritakan kalau aku sudah berhadapan dengan orang seperti dia. Semuanya mengalir begitu saja, tak direncanakan namun penuh kejutan.
Dia juga tipe orang yang gampang diajak bermain ke manapun. Tanpa berpikir panjang, dia mau saja diajak ke pantai, atau berlibur sampai pegunungan untuk refreshing, ia suka meminjamkan uang, juga suka bercanda, ia suka bergaul dengan logat clumsy-nya, serta tak malu-malu memerankan tokoh wanita bernama Sussy saat panggung gembira dalam acara akhirussanah Al Amin 2011. Dia adalah pribadi yang menyenangkan sekaligus menyebalkan, kedua hal ini bercampur menjadi satu. Sulit dipisahkan dalam packaging yang apa adanya, tak neko-neko dan original. Inilah kelebihannya.
November 2011, dia keluar dari pesantrenku. Latar belakang dia berhenti kuliah dan kehidupan pesantren, karena dia sudah diterima bekerja di pabrik semen Holcim. Dengar-dengar, dia akan ditempatkan di daerah Cilacap dengan gaji bulanan yang cukup menggiurkan.
Sekali lagi, menjadi teman yang baik tidaklah mementingkan urusan ragawi. Tampil apa adanya lebih membuat siapapun tampak lebih menyenangkan dibanding hadir di balik kepalsuan.

Good luck my friend...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar