Anak laki-laki itu masih
kedinginan di tengah derasnya deru hujan kepagian.
Ia menggigil di balik bilik
meninggalkan sabit dan
pemotong karet di belakang.
Ia kemudian berimajinasi, tak ada yang perlu disesali dengan datangnya hujan.
Ia turun dari langit atas seijin-Nya dan pasti itu untuk kebaikan manusia.
Tak ada yang perlu disesali
karena mengambil keputusan ini, berkawan dengan nyamuk dan ular hutan.
Tak ada yang perlu disesali dari sebuah keadaan, semendesak apapun.
Karena Tuhan selalu memberi celah dalam setiap kesempitan.
Seperti halnya jeram di tengah kanyon dan cadas.
Tidakkah Engkau melihat
keteguhan hatinya, Tuhan?
Ia tetap tersenyum meski
hatinya luar biasa getir.
Ia tetap berkarya meski hatinya berulang kali dihinggapi keputusasaan.
Ia tetap bergumul dengan
pepohonan, meski pohon-pohon itu tak mempedulikan nasibnya.
Ia selalu tegar meski terkadang kakinya terlalu ringkih karena lelah berusaha.
Tidakkah kamu melihat itu,
Tuhan?
Seorang anak laki-laki-Mu yang selalu mengharap keajaiban datang dari-Mu.
Pabila Engkau punya kehendak lain, setidaknya, hiburlah dia Tuhan.
Gembirakanlah ia sejenak di dalam kesendiriannya.
Lingkupilah ia dengan selimut surga-Mu.
Agar ia tak kedinginan malam ini.
Belailah ia dengan tangan
Rohim-Mu.
Jangan biarkan dia kesepian di sana.
Dia adalah anak laki-laki-Mu yang sedang menunggu doa-doanya Kau jawab.
Tolong,Tuhan...
Jangan kecewakan dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar