Blogger news

Pages

Rabu, 25 Januari 2012

Nenek dan Kue Keranjang


Tahun baru Cina memang punya tradisi unik tersendiri. Lihatlah, semua tempat dihias warna merah dan emas pertanda warna keberuntungan. Banyak harapan dipanjatkan oleh etnis keturunan Tionghoa, agar tahun baru ini membawa banyak keberuntungan. Selain itu, pertunjukkan barongsai digelar di jalan-jalan utama untuk sekedar hiburan sekaligus menghalau roh-roh jahat yang berkeliaran.

Secara kultural dan agama, kami memang tidak merayakan Imlek, namun setidaknya kami pernah ikut menikmati hidangan khasnya. Nenekku dulu pernah bekerja di sebuah toko yang menjual pakan ternak milik seorang cina keturunan. Setiap menjelang tahun baru Masehi, beliau selalu diberi kalender cantik secara cuma-cuma. Kalender itu bergambar burung, pemandangan atau bunga, lengkap dengan cap toko tersebut di bawahnya.
Menjelang Idul Fitri, nenek selalu dihadiahi kue nastar, biskuit kaleng, sirup bahkan amplop dari mereka. Giliran Imlek, nenek diberi kue keranjang. Awalnya aku sempat heran, bagaimana kue itu dinamakan kue keranjang? Padahal bentuknya tidak berlubang sama sekali.

Hampir tiap tahun tradisi ini berjalan, ketika nenekku masih hidup. Tahun ini, gemerlap Imlek terkesan sepi. Bukan karena kami tidak merayakannya sebagaimana biasanya. Hanya saja ada suatu kehadiran yang hilang, tak seperti tahun-tahun lalu. Tak masalah kue keranjang yang absen di meja makan kami. Itu bisa dibeli dengan uang & bisa didapatkan di manapun. Namun, nenek, tak ada yang bisa membelinya dengan apapun. Tak ada yang bisa menebusnya agar beliau hadir sejenak biar menikmati setiap irisan kue keranjang denganku seperti tahun-tahun yang lalu. Kehadiran beliau masih kurindukan sampai sekarang.
Semoga engkau tenang di alam sana, nek....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar