
Bahkan beberapa orang yang saya temui terheran-heran seraya bertanya, "Sendirian? Kamu tinggal di situ sendirian?"
Saya pun mengangguk dengan mimik muka yang kurang lebih kalau mereka bisa membacanya, akan bermakna, "Lha iya, orang biasa-biasa aja kok. Apa yang perlu dikhawatirkan?"
Bahkan orang sekelas Pak Baedhowi dan Bu Kalim pun terpesona. Haduh jadi terharu :(
Menurut sebagian orang, rumahku tampak seperti rumah tua nan angker. Dikelilingi rimbunan hutan bambu, paling pojok, belakangnya makam, pepohonannya banyak, tipe rumah Jawa Klasik dll. Memang saya juga merasa ada yang tak beres di rumah ini. Tapi toh, ini adalah rumah masa kecilku. Aku dibesarkan di rumah yang penuh kasih sayang ini. Biarpun orang berkata apa, aku selalu menemukan kedamaian di sini. Apalagi setelah waktu tengah malam tiba. Suara hewan rimba bambu, suara gemericik sungai tua, suara anjing menyalak di selatan jauh dan terkadang suara hewan malam lainnya, semuanya berkolaborasi menciptakan kerinduan yang hanya hatiku yang menikmatinya sebagai nyanyian malam sunyi.
Rumah ini dulu adalah keluarga besar, kini hanya aku yang bisa menikmati kesendiriannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar