Senin, 07 Mei 2012
Hari Gini Masih Jimat-Jimatan?
Sebenarnya tak baik juga menceritakan keburukan orang lain. Agama bilang itu ghibah. Tapi, ghibah itu ada batasannya lho. Ga semua yang berbisik-bisik dari belakang itu dinamakan ghibah. Ghibah itu jika kita menceritakan keburukan orang lain sekaligus menyebut nama orang tersebut sehingga orang lain bukannya mengambil hikmah dari kejadian buruk itu, namun menjadi lebih memperburuk citra orang yang kita bicarakan tadi. Kalau hanya menceritakan keburukan untuk diambil pelajaran, dengan catatan tidak menyebut merk, ini bukan ghibah. Catat ya.
Aku punya teman pondok. Sebutlah saja dia X. Dia orang yang pandai dalam ilmu agama. Analisanya terhadap permasalahan segala sektor terkesan mendalam dan detailnya dapat ia jabarkan dengan baik. Bahkan boleh dikatakan dia termasuk orang yang enak diajak diskusi bahkan berdebat. Ini tak lepas dari pengalaman mondoknya bertahun-tahun sebelumnya, belum lagi dia yang aktif dalam berorganisasi. Namun, beberapa minggu yang lalu, ia pulang ke rumah karena sakit. Entah dia sakit apa. Anehnya, di saat ia sedang berada di rumah, ia sempat mengirimkan permintaan maaf ke seluruh santri melalui pesan singkat. Katanya ia ingin bertobat dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Nah, kemarin sore, ia sudah kembali ke pondok. Aku sempat menemuinya bersama rekan-rekan pondok yang lain. Secara dhohir, ia nampak lebih kurus daripada sebelumnya. Ketika kutanyai dia sakit apa, ternyata dia bukan sakit sembarangan. Melalui pengakuannya, ia berkata bahwa ia jatuh sakit lantaran tubuhnya dijadikan 'tempat pertarungan' antara 'gawan apik lan gawan elek'. Itu artinya, di dalam tubuhnya pernah ada 'isi yang baik dan isi yang buruk' di mana keduanya memperebutkan pengaruh kepada si empunya. Jadilah si X itu sakit. Kalau saja dia tidak segera disembuhkan oleh orang pintar, bisa lumpuhlah ia, begitu katanya.
Mendengar cerita supranatural seperti itu, aku jadi tergelitik untuk bertanya, "Buat apa sih ilmu begituan?" (Belakangan kuketahui bahwa gawan itu untuk menambah kharisma dan ilmu kekebalan). Ia menjawab, "Ya untuk jaga-jaga mas. Kalau ada yang memusuhi aku, aku bisa saja menyantet dia dengan ijin Allah. Kalau ada yang mau ngajak berkelahi, ya aku tantang aja karena aku yakin aku pasti menang atas ijin Allah".
Heleh... heleh... masih ngetren apa ya ilmu begituan?
Kalau aku sendiri, tak usahlah mengamalkan amalan yang macam-macam. Bukankah kita hidup sekali dan alangkah lebih baik jika kita mencari teman sebanyak-banyaknya? Bukan musuh yang kita cari!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar