Beliau memang bukan ayah kandungku.namun harus kuakui bahwa aku sungguh mencintainya...
Bapak Drs.H.Ibnu Mukti Spd.beliau sesungguhnya asli Yogyakarta.dan sekarang menetap di Purwokerto sambil membuka pondok pesantren yang aku tempati sekarang.sambil menjadi kyai terkemuka di tempat tersebut,beliau sekaligus menjadi dosen Bahasa Arab di STAIN Purwokerto.beliau jualah yang mbabat alas dan memperbaiki moral penduduk sekitar yang dulunya sering berbuat maksiat yaitu gemar minum minuman keras.
Oh pak kyaiku.kesan pertamaku terhadap beliau memang sedikit kurang menyenangkan.beliau adalah tipikal orang yang keras.karakteristik ini sangat jelas nampak saat ngaji sorogan/ setoran Al Qur'an atau Juz 'Amma.bagi yang sudah diajari ngaji berkali kali tapi belum bisa juga,biasanya abah (begitu bapak kyai disebut) tak segan segan lagi menampar pipi anak tersebut atau memukul tangan anak itu dengan rotan.mulanya aku shock,apakah aku dapat beradaptasi dengan model pembelajaran seperti ini?
Ternyata jawaban itu sudah kutemukan tak lama setelah kuajukan pertanyaan tersebut.sangat bisa,bahkan aku sangat menyukainya.entahlah,dari mana aku dapatkan jawaban seperti itu.akan tetapi,aku sungguh cinta dengan abah dan pesantrenku itu.kedekatan batin antara abah dan aku dapat kurasakan hingga sekarang.
Mungkin karena aku dari Purworejo dan beliau dari Yogyakarta ,di mana kedua kota ini memiliki persamaan dialek bahasa,sehingga abah lebih sering berbahasa halus terhadapku dibanding dengan teman temanku yang berasal dari daerah berbudaya banyumasan.beliau tak pernah memukulku,menamparku,memarahiku.namun,beliau selalu mendukungku.aku sudah tak malu malu lagi untuk mengutarakan keinginanku kepada beliau,tanpa mengurangi rasa hormatku.kalau ada masalah pondok,aku pun mengadukannya kepada beliau.
Yang paling berkesan bagiku adalah,beliau dua kali menyebutku 'tampan' selama aku menjadi santrinya.pertama,saat aku mengikuti kerja bakti bersih lingkungan pondok.mungkin karena aku jarang memegang sabit dan aku nekat menggunakannya untuk memotong rumput,abah melihat kejanggalanku dalam mengoperasikan alat itu.beliau pun berkata, "Waduh waduh,ojo koyo ngono.bagus bagus nek ora duwe tangan piye?".aku lalu hanya bisa tersenyum mendengarnya.
Kedua,saat pengajian subuh di masjid.kebetulan aku duduk di belakang sendiri.beliau sedang menjelaskan tentang anak sebagai karunia Allah yang patut disyukuri.tiba tiba abah mengambil contoh aku,"Kae,sing njagong pojok dhewe,Agus.bagus bagus nek dikersaake Gusti Allah ora duwe anak,yo ora bakal duwe anak.umpamane...".lagi lagi aku tersanjung atas pujian itu.
Abah,begitu banyak ilmu agama yang engkau berikan kepada kami.terima kasih atas ilmu yang engkau tanamkan dalam kalbu kami sehingga kami tak tersesat dalam mendapatkan keselamatan hidup di dunia dan di akhirat.aku janji akan berpegang teguh dengan keyakinan ini sampai nanti aku mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar