Blogger news

Pages

Kamis, 30 September 2010

Woow...Your Students Must Be Very Smart!



Jika kita lihat di berita, banyak yang memberitakan bahwa anak-anak Indonesia selalu berprestasi dalam Olimpiade pendidikan, seperti Olimpiade matematika, Olimpiade fisika dan sejenisnya. Hal ini menunjukan bahwa anak-anak indonesia tidak kalah kepintarannya dengan anak-anak lain di dunia.

Tapi timbul pertanyaan, mengapa perkembangan teknologi kita berjalan lambat? Banyak jawaban dari pertanyaan itu salah satunya adalah sistem pendidikan yang kurang baik, walaupun demikian kemajuansistem pendidikan kita berjalan cukup lancar, kemungkinan kebangkitan industri kita akan berlangsung 25-50 tahun yang akan datang.

Beda dengan Sekolah Finlandia, selalu mencapai peringkat tinggi dunia dalam pendidikan dunia, meski murid di negara Eropa tersebut menjalani jam belajar paling singkat di kalangan negara maju.

Tahun lalu, sebanyak 100 delegasi dan pemerintah asing berkunjung ke ibukota Finlandia, Helsinki, dengan harapan belajar dari rahasia keberhasilan sekolah di negara tersebut.

Pada tahun 2006, murid sekolah Finlandia mencatat prestasi rata-rata tertinggi di bidang sains danmembaca di jajaran negara maju.

Untuk ujian standard OECD, bagi siswa kelompok usia 15 tahun, PISA, mereka juga menempati peringkat kedua di matematika. Mereka berada di belakang siswa di Korea Selatan.

Finlandia menggunakan filsafat pendidikan yang menyatakan setiap orang memiliki sesuatu untuk disumbangkan dan mereka yang mengalami kesulitan di mata pelajaran tertentu semestinya tidak ditinggalkan.

Suatu taktik yang diterapkan dalam hampir setiap mata pelajar adalah pengerahan guru bantu yang ditugasi untuk membantu murid yang mengalami kesulitan di mata pelajaran tertentu. Meski demikian, siswa ditempatkan dalam ruang kelas yang sama, tanpa memandang kemampuan mereka dalam pelajaran tersebut.

Menteri Pendidikan Finlandia, Henna Virkkunen, bangga akan catatan prestasi negaranya, tapi sasaran berikut yang dia hendak capai adalah menyasar para murid paling cemerlang.

Menurut OECD, anak-anak Finlandia memiliki jam belajar paling pendek di jajaran negara maju. Ini mencerminkansisi penting lain bagi pendidikan Finlandia.

Persekolahan tingkat dasar dan menengah digabung, sehingga murid tidak perlu berganti sekolah pada usia 13. Dengan cara ini, mereka terhindar dari masa peralihan yang bisa menganggu dari satu sekolah ke sekolah lain.

Ibu guru Marjaana Arovaara-Heikkinen yakin mempertahankan murid yang sama selama beberapa tahun juga mempermudah tugasnya.

“Saya seperti tumbuh dengan anak-anak saya sendiri. Saya melihat masalah yang mereka hadapi ketika mereka kecil. Dan, kini setelah lima tahun, saya masih melihat dan memahami perkembangan yang terjadi dalam masa muda mereka, langkah terbaik yang mereka bisa lakukan. Saya katakan kepada mereka saya seperti ibu sekolah mereka”, tuturnya.

Anak-anak di Finlandia baru mulai menjalani sekolah utama pada usia tujuh tahun. Gagasan bahwa sebelum itu mereka belajar paling efektif ketika bermain dan menjelang mereka akhirnya bersekolah mereka juga bersemangat untuk mulai belajar.

Jasa Orang Tua
Para orang tua Finlandia jelas memiliki andil atas prestasi sekolah yang mengesankan. Ada budaya membaca di kalangan anak-anak di rumah dan keluarga harus mengadakan kontak berkala dengan guru anak mereka.

Mengajar adalah karir prestisius di Finlandia. Guru sangat dihargai dan standar pengajaran tinggi.

Keberhasilan sistem pendidikan di Finlandia tampaknya juga ditunjang budaya. Anak-anak belajar dalam suasana yang santai dan informal.

Finlandia mencatat arus imigrasi kecil. Jadi, ketika murid mulai belajar di sekolah, sebagian besar adalah penutur asli bahasa Finlandia dan ini menyisihkan hambatan yang sering dihadapi oleh masyarakat lain.

Keberhasilan sistem ini ditopang gagasan bahwa less can be more atau sedikit bisa jadi lebih banyak. Ada penekanan untuk menjadikan sekolah yang santai dan bebas dari resep-resep politik. Kombinasi, menurut keyakinan orang Finlandia, berarti bahwa tidak ada anak yang tertinggal.

Wah, menurut ane merupakan artikel yang bagus....semoga negara kita bisa lebih baik lagi dalam bidang pendidikan...dan saya setuju mengenai pernyataan bahwa "Ada penekanan untuk menjadikan sekolah yang santai dan bebas dari resep-resep politik
"...ya itu lah pendapat dari saya..."


Sekarang,aku ingin bercerita tentang guruku yang pernah mengikuti konferensi guru internasional di Helsinki,Finlandia.Nama beliau Nikmah Nurbaity.beliau sempat ditanyai mengenai perkembangan pendidikan di Indonesia.dia menjawab dari segi peraturan dan lama belajar sekolah Indonesia.''Kami (sekolah sekolah Indonesia) biasa masuk jam 7 pagi.sebagian sekolah ada yang masuk jam 06.30.sedangkan waktu selesai KBM jam 2,bahkan sebagian sekolah ada sampai jam 4 sore.''
Para guru dari daratan Eropa itu terkejut bukan main.mereka terpana mendengar pernyataan kalau waktu belajar di Indonesia yang sangat lama.kemudian,mereka nyeletuk.''Woow...murid murid anda tentu sangat pintar''.
Bu Nikmah hanya tersenyum simpul waktu itu.

Rabu, 29 September 2010

01062006,When I Was Stupid


Lembaran lembaran itu terkesan lusuh karena sering dibuka.dibolak balik beberapa kali untuk mencari memori memori indah yang tersimpan di dalamnya.halamannya pun penuh dengan tulisan latin.aku jadi teringat,tahun ketigaku di SMP aku pernah mengikrarkan diri untuk terus menulis latin dan menggunakan gaya tulisan itu di setiap hal tulis menulis apapun itu.dan seluruh buku harianku penuh dengan tulisan itu.ada sebagian temanku yang mengagumi dan ada pula yang memprotes.kata mereka yang memprotes,membuka buku catatanku ibarat melihat cacing kepanasan yang sedang antri sembako (kurasa mereka belum dapat menemukan perumpamaan yang lebih buruk dari itu...hahaha).bahkan,dosen Inggrisku mengkritik tulisanku 'illegible' alias sulit dibaca.namun,apapun pendapat mereka,jenis tulisan ini bermakna tetap dalam bagiku =)
Aku menulis tentangnya sekitar 4 tahun yang lalu.menulisnya dengan semangat anak muda yang sedang bermain main api cinta.
01062006.waktu itu,aku sedang terobsesi dengan seseorang.dengan obsesiku itu,aku rela menghabiskan waktu berjam jam untuk menulis tentang dirinya.menulis kegiatan harian,cerpen,puisi (dan kemudian kujual benda benda itu ke majalah sekolah.tentu saja dapat honor lumayan).tak cukup satu,dua buku.yang pastinya lebih dari tujuh buku.dalam buku yang semuanya bergenre cinta gila gilaan itu,aku bercerita banyak tentang seseorang yang membuat hari hariku semakin tak waras saja.kadang kadang ketawa sendiri dalam sepi,termenung dalam pikiran yang menggantung,ngalamun,dan hal hal tak jelas lainnya.
Waktu itu,aku dan Mas Eman sedang menebang rumpun bambu yang dirasa sudah mulai mengganggu pengguna jalan.tiba tiba dari arah timur,ada seseorang yang berjalan sendirian.cara berjalan dan wajahnya nampak canggung,mungkin karena ada aku di pinggir jalan dengan saudaraku itu.begitu pula aku.akan tetapi,aku rasa saat inilah waktu yang tepat.kalau bukan sekarang,kapan lagi?
Aku menegurnya.berbasa basi dia kelas berapa sekarang (padahal aku sudah mengetahuinya) sekaligus (sok) bertanya dia akan melanjutkan di sekolah mana.2 pertanyaanku tadi hanya dijawab sederhana olehnya.''Tigo'' dan senyuman simpul.nampak jelas raut mukanya memendam malu luar biasa melihatku mengajaknya bicara.mukanya memerah dan tampak jelas karena wajahnya sangat putih.
Dia pikir,hanya dia yang salah tingkah?meskipun ia telah berlalu dari hadapanku,gemuruh hatiku tak mau berhenti juga.aku sudah menunggu 8 bulan lebih untuk bisa bercakap cakap dengan lawan jenis yang aku cintai seperti tadi.sekali bercakap,aku pasti salah tingkah.hahaha...itulah aku.yang jelas,berhadapan dengan perempuan yang kucintai jauh lebih menakutkan dibanding guru perempuan matematika SMP-ku.
Hingga kini,aku masih heran dengan diriku sendiri.ternyata 4 tahun yang lalu,aku masih nampak seperti cowok culun yang amat sangat teramat takut bicara dengan seseorang yang amat sangat teramat kucintai.benar benar bodoh!

Selasa, 28 September 2010

The S__t You Hear About Me

Gila! Sableng! Tak waras! Edan! Kenthir! Owah! Sudo! Miring! Krezy!

Aku kemarin ikut gabung grup facebook.sebuah grup yang kukenal karena teman luar negeriku juga bergabung dalam grub tersebut sehingga notifnya muncul di home-ku.namanya rada aneh,''The shit you hear about me might be true.but then again it'll be as fake as bitch who told you''.
Jujur saja.aku langsung ngakak baca judulnya saja.judul itu kurang lebih berarti ''omong kosong yang kau dengar tentang aku mungkin saja benar.tapi kemudian kamu akan tahu bahwa itu palsu/ ga bener,sepalsu wanita jalang yang mengatakannya kepadamu''.
Dipantau dari judulnya saja,grup itu memang tak mendidik sama sekali.apalagi dari judulnya saja,kentara sekali aksen Amerikanya yang hobi berkata kasar.bagaimana tidak?secara tekstual,shit berarti kotoran.sedangkan bitch dalam bahasa kita sering disebut WTS atau pelacur.uju buneee...
Sangat parah memang kedengarannya.namun,jangan dikira grup itu ga bermanfaat lo.hah??
Separah parahnya grup ini,tentu saja masih ada sisi positifnya jika kita pandai pandai mencari tau.
Grup ini mengajarkan kepada kita agar kita tak terlalu mengambil pusing terhadap perkataan orang lain yang menjelek jelekkan kita.kalau kita tidak jelek dan salah,ngapain kita ikut ikutan stres?
Bukankah hidup ini terlampau singkat dan indah jika hanya untuk dihabiskan buat memikirkan 'bitch' yang selalu membuat kerusuhan ga penting dalam hidup kita?
Akhirnya,aku menemukan wiseword bagus untuk mengimbangi parahnya judul itu.
''terserah mereka mau berkata apa.yang penting,aku sudah menjalani hidupku dengan benar''.

Senin, 27 September 2010

Couple


Aku hanya tersenyum.bahkan hatiku sebenarnya tertawa ketika melihat teman temanku yang mengupdate status di facebook atau mendengarkan langsung bahwa mereka mendambakan pasangan hidup yang ideal.mereka ingin pasangan yang tampan,cantik,pintar,sopan,berbudi baik,jujur,sabar dan sifat sifat baik lainnya.membayangkan betapa indahnya dunia andaikata mereka berhasil memperoleh pasangan yang diharapkannya itu.lalu mengapa?salahkah?
Tentu saja tidak.berharap semacam itu bahkan hak setiap orang untuk mendapatkan yang terbaik untuk diri mereka dan masa depan merekasendiri.masalahnya,bukankah ada pola absolut dalam mendapatkan kriteria pasangan hidup?
Ngomong ngomong,apa itu pola absolut?
Itu adalah semacam prinsip kepastian dan dapat diyakinkan kebenarannya dalam hal mendapatkan semua yang kita inginkan,termasuk perkara jodoh.kalau orang tipe A pasti dapat jodoh tipe A,tak mungkin nyasar sampai ia dapat jodoh tipe B atau C.begitu juga sebaliknya.dalam kitab suci,disarikan bahwa pezina laki laki untuk pezina perempuan,dan keduanya diharamkan bagi orang mukmin.
Tenang saja.ini bukan membahas satu agama saja.pola absolut ini bisa diterapkan di agama manapun dan kepercayaan apapun.
Bagaimana memahami pola itu?kitab memberi contoh yang amat keras,pezina.Ya,itu hanyalah salah satu contohnya.''aku kan bukan pezina,berarti pola absolut itu tak berlaku donk bagiku?''
Enak aja.coba bayangkan ilustrasi berikut ini:
Bagaimana kita mendapatkan pasangan yang jujur kalau kita selalu berbohong kepada orang tua kita soal kondisi keuangan?
Bagaimana kita bisa mendapat pasangan yang rajin lagi tekun jika kita malas bangun pagi dan malas pula membantu orang tua?
Bagaimana kita memperoleh pasangan yang sabar dan tabah sedangkan kita selalu mengeluh terhadap cobaan yang datang kepada kita?
Sekarang,sudah menemukan kunci jawaban dari pola absolut di atas,bukan?kuncinya memang mudah.prakteknya itulah yang sulit.itulah sebab mengapa mendapatkan jodoh ideal bukanlah perkara mudah.
Jika anda memiliki konsep pemikiran yang sama dengan saya,maka kesimpulan yang dapat ditarik dari wacana ini adalah seperti apa diri kita kini,maka seperti itulah pasangan kita esok.atau dengan kata lain,diri kita adalah cerminan yang dapat diperkirakan secara langsung,bagaimana tabiat dan perilaku pasangan kita nanti.
Point utama dan mendasarnya yaitu,kalau mau mendapat jodoh yang ideal,idealkanlah diri kita sendiri.
Semoga bermanfaat.

Minggu, 26 September 2010

Learning by Having Fun


Benar juga kata temanku,Agus Tegal (temanku yang satu itu memang dari Tegal dan selalu minta dipanggil Agus Cakep.kalau aku suka dipanggil Agus Ganteng...asto kiwo...).dia pernah berkata,kalau sudah memegang ponsel agak canggihan dikit kemudian disodori tabloid ponsel terbaru,pasti bawaannya pengin beli ponsel baru lagi.aku pun merasa demikian.tapi,tentu saja aku punya alasan tersendiri.bukan hanya mejeng pamer barang bagus di depan orang lain.

Aku menjumpai teman temanku memiliki laptop.hampir setiap kamar pesantren,setidaknya ada dua hingga tiga laptop.namun,apa yang mereka lakukan dengan barang 14 inci itu?tiap pagi dan malam,aku hanya mendengan desingan peluru dan suara balapan mobil dari laptop mereka.hal ini bukan berarti aku melarang mereka bersenang senang dengan barang milik mereka sendiri.itu hak mereka.namun,mengapa orang yang tak memiliki laptop,jauh lebih cerdas dibanding mereka yang berlaptop?
Ini adalah pertanyaan retoris.tak perlu jawaban.tapi,kalau berhenti sampai di sini,buat apa aku nulis postingan ini?
Sederhana saja,mereka belum mampu memaksimalkan fungsi fasilitas yang mereka punyai.bukankah di lantai 3 pesantren ada koneksi WiFi? Tapi apa daya,yang mereka buka hanya Facebook dan Facebook dengan fasilitas semewah itu.sedikitpun tak mau mencari bahan bahan bacaan sesuai minat mereka.kecuali kalau ada tugas kampus.inilah jaman teknologi canggih,kita pun dikendalikan oleh teknologi.bukannya mengendalikannya untuk memajukan kapasitas otak kita.

Kembali ke topik awal kita di atas,menurutku memiliki laptop memang penting juga.aku pun berencana membelinya meski hanya sebatas notebook.tapi bagiku,ponsel jauh lebih penting.lho?
Dengan ponsel,aku merasa dunia ada di genggamanku (indahnya bermain bahasa hiperbola...hahaha).bagaimana tidak,informasi apapun bisa aku akses di manapun dan kapanpun.sekarang coba,mana ada orang bermain laptop di WC?padahal (menurut legenda yang berkembang) ide ide brilian sering muncul di tempat sempit itu.entah itu rencana hidup,ide karya tulis,ngeblog,bagi bagi cerita ma orang lain,ide drama dll.namun,sekaku itukah? Tidak juga.bohong besar kalau aku tak membuka akun Facebook ku tiap saat lewat ponsel.dusta besar jika aku tak bersenang senang dengan mp3 mp3-ku jika merasa kesepian.(kebetulan aku bukanlah gamer sejati dan aku bersyukur karena itu).point pentingnya,bukankah kita dapat bersenang senang sambil belajar? contoh sederhana dariku,kalau aku tak punya lagu dari Miranda Lambert,penyanyi country Amerika,aku tak akan tahu makna 'repent' dan 'trespass'.aku lalu hanya mengadukan dua kata janggal ini kepada pocket dictionary yang sudah dibenamkan dalam aplikasi ponselku.sangat mustahil jika aku sempat melakukan ini dengan laptop,apalagi di dalam WC atau di dalam bus.
Tanpa Facebook dan Blogger,aku pun bisa saja melalaikan Tuhanku.sebab aku sudah memfollow group Holy Qur'an dan Muhammad My Idol dalam akun Facebookku yang setiap saat mereka mengupdate status yang berguna untuk meneguhkan iman.juga aku tak akan mendapatkan pembelajaran bahwa ''sesungguhnya teman temanmu sekarang ini kelak akan menjadi sainganmu nanti.kalau kau tak belajar sungguh sungguh,mereka akan mengalahkanmu dalam segala hal'' kalau aku tak punya 2 jejaring sosial itu.
Bukankah anak muda jaman sekarang harus gaul.gaul yang berarti tidak gaptek.tidak gaptek dalam artian mampu memadukan antara menguasai teknologi dan mengambil manfaat darinya.kalau teknologi hanya dijadikan sebagai kesenangan semata,kasihan sekali?

Jumat, 24 September 2010

This Used To Be My Playground



Malam ini,aku menghadiri acara khoul di pondok pesantren depan rumahku.waktu aku dan sahabat dekatku memenuhi undangan,acaranya belum dimulai.beberapa orang berpakaian gamis nampak berdiri di halaman depan sebagai penerima tamu.ada pula yang sibuk menyiapkan makanan,tempat duduk,tempat pengajian dan menata motor yang diparkir sembarangan.kulihat cuaca yang lembab habis disiram hujan,memunculkan kabut yang melayang tipis di halaman masjid.namun aku yakin,meskipun hawanya dingin seperti itu,tak menyurutkan animo tamu undangan.apalagi sebabnya selain bapak kyai langsung yang punya hajat?
Saat acara dimulai,aku duduk di luar bersama temanku dan bapak bapak (rasanya,aku tamu termuda di situ).aku tatap setiap pojok ruangan pesantren.ingatanku seakan ditarik flashback melihat tiap sudut bangunan yang sudah ada sejak jaman Jepang itu.dulu,sewaktu umurku belum menginjak 9 tahun,aku suka sekali bermain di lingkungan pesantren ini bersama para gus (gus= sebutan yang ditujukan kepada putera kiai) seperti gus 'Ilmi,Ahil,Wafi,Baha',dan Hamid.kita biasanya main mobil mobilan dari gedebog pisang di lapangan pesantren yang berdebu.membuat kolam sehabis hujan di depan rumah Mbah Badar,mencuri mangga dan jambu air di depan rumah pak kyai Dawud Masykuri.mengacak acak dapur pesantren dan membakar sampah serta buku agama.bermain di lorong lorong pesantren dan tempat jemuran.menggoda santri putri yang baru selesai mandi di mbelik (kolam kecil yang tertutup).dan yang paling heboh hingga kuingat sampai sekarang,kita pernah mengendap endap ke kamar mandi untuk mengintip bu nyai mandi.bangunan semi permanen itu ternyata menyisakan lubang bekas peralon yang hanya disumpal plastik deterjen.jika sumpalan itu dilepas,tampaklah pemandangan yang menjadi tujuan kita.waktu itu,bu nyai masih muda sehingga menjadi panorama yang tak begitu menjengkelkan.anehnya,perbuatan kriminal ini dilakukan karena aku diajak oleh seorang gus.astaghfirullahal adzim...
Dan pesantren itu pun kini berubah.hanya mempertahankan bentuk konstruksi bangunannya sekaligus kaligrafi tembok khas yang diambil dari Qur'an Surat Ali Imron 169.selebihnya,penggantian warna cat tembok dan penambahan ruangan,sekiranya faktor lumrah mengingat makin banyaknya santri yang datang dari tahun ke tahun.
Saat acara khoul menjelang usai,aku melihat keakraban para santri dalam mensukseskan acara tersebut,menerbitkan rasa sesal yang tiba tiba membuncah dalam hati kecilku,''Mengapa aku tidak menjadi santri sejak dulu?''

Out Of Box


Sebuah konsep yang telah dicetuskan oleh para ahli pengembangan diri (self development expert).ide ini memang bukanlah hal baru dan saya maklum banyak pembaca yang bisa menebak dengan mudah arah tulisan ini.akan tetapi,andai tak dipublish di sini,saya yakin akan banyak yang lupa mengenai dahsyatnya model pemikiran ini.
Out of box atau dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan secara general menjadi berpikir di luar kotak kebiasaan.atau bahasa mudahnya,berpikir lain daripada yang orang lain pikirkan.apabila diderivikasikan atau diturunkan sekaligus dipadatkan (hehe...ribet pisan ieu teh bahasana.kumaha?),konsep canggih ini disingkat menjadi: jadilah kreatif!
Adalah sebuah contoh klasik tentang lukisan anak SD.Apabila mereka disuruh guru untuk menggambar,mereka pasti melukis 2 gunung kembar,ada jalan raya membelah keduanya,ada matahari di antara gunung itu dengan sinar konyolnya.lukisan itu dilengkapi petakan sawah,pohon pohon dan tak lupa burung camar yang terbang bebas di atas kedua gunung.komposisi gambar ini adalah box yang sudah mendarah daging di masyarakat kita.bahkan adik adik kita pun sepertinya tak sadar (ya iyalah.mereka kan belum dewasa.maksudnya...) kalau mereka sedang disetting untuk menjadi box yang pasaran.na'udzubillah.
Kalau kita punya anak nanti,cobalah kita mensetting mereka agar menjadi generasi out of box.masih berkaitan dengan contoh di atas,saat mereka akan melukis gambar pemandangan,mintalah mereka menggambar laut dengan pohon kelapa melambai lambai di kanan kirinya.ada kapal nelayan,matahari terbenam,susunan awan sore dan camar laut.beda dan menyenangkan dipandang 'kan?tak membosankan.
Apabila mereka menampilkan bakat menggambar,lukisan panorama dapat mereka deskripsikan melalui gambar pak tani yang membajak sawah dengan kerbaunya.sebagai latar belakang,ada gambar pegunungan dan rerumpunan pohon kelapa.cantik!
Ini hanyalah contoh sederhana.bagaimana kita melihat fenomena out of box di sekitar kita?
Rasanya,tak ada yang tak tahu siapa itu Bondan Prakoso feat Fade To Black.mereka adalah contoh nyata penganut paham out of box.secara umum,suara Bondan adalah teen pop.sudah banyak penyanyi Indonesia yang piawai di genre itu.sebut saja Afghan,Marcel,Vidi Aldiano,Delon,Ihsan Tarore dan lain sebagainya.andaikan Bondan membuat album solo bergenre itu,maka ia akan menjadi one hit wonder.sekali terkenal,kemudian hilang sama sekali.sudah banyak contoh fenomena ini.
Sebagai langkah nyata out of box-nya,ia menggandeng Fade to Black yang menganut genre Hip Hop.kolaborasi teen pop dan hip hop ini menjadi karya yang sangat digemari anak muda masa kini karena keunikannya.
Sebagai buktinya,siapa yang tak hafal lirik lagu Ya Sudahlah??

Sekarang,saya ingin menantang anda.tolong buatkan saya patung dinosaurus dengan menggunakan lilin mainan/ was.syaratnya dalam waktu 10 menit.

Dimulai dari sekarang!!!

Apa??masih bingung bagaimana?
Anda masih in the box?

Jangan ya.amit amit dah.buat saja lingkaran semacam bola kasti.tidak usah diapa apain.kalau saya protes,bilang saja.''dinosaurus-nya kan belum netas.jadi masih di dalam telur''.
Kalau saya masih protes,oo ndak bisa begitu dong.katakan saja,''setiap orang punya kebebasan mengungkapkan ide''.

Bagaimana?
Siap untuk menjadi generasi out of box?

Kamis, 23 September 2010

Praktisi Komunikasi Sejati


Terus terang,aku heran dengan banyaknya buku komunikasi yang aku pelajari.benda benda itu (memang penuh dengan teori) dan selalu mengagung agungkan model pemikiran Barat.bahkan dari nama pencetusnya saja,dapat diketahui bahwa mereka ada yang keturunan Yahudi.
Sebenarnya,masalah yang aku kemukakan di sini bukan dari mana mereka berasal dan juga agama mereka.namun lebih pada labelisme kepemilikan ilmu yang mereka punyai.atau bahasa mudahnya,mereka selalu mengklaim bahwa ilmu komunikasi yang mereka kuasai memang bersumber dari pemikiran mereka sendiri.padahal?tengok saja.dalam kumpulan buku ilmu komunikasi,mereka rata rata hidup pada abad 19.paling banter/sesepuh sugeng di awal tahun 1800-an.hadeh...belum ada apa apanya.mereka hidup di balik meja dan berpikir hingga botak dan lapar lalu makan.tak tahu,apa yang mereka pikirkan sudah dipraktekkan oleh pahlawan pahlawan Islam milik pulau Jawa.
Mereka tak menyadari ,di tahun 1400-an,hiduplah Raden Mas Said,putera dari bupati Tuban yang menyebarkan Islam di tanah Jawa khususnya daerah Cirebon dan Kadilangu,Demak.kita lebih mengenalnya dengan sebutan Sunan Kalijaga.nama Kalijaga diasumsikan dari banyak sumber.ada yang menyebutkan nama itu adalah nama sebuah desa Kalijaga,Cirebon.ada yang mengatakan itu kebiasaan beliau yang suka berendam di pinggir kali (kali= sungai,jaga= menjaga.kalijaga= menjaga sungai).namun ada juga yang berpendapat nama itu diderivasikan dari suku kata arab,yaitu qadli dzaka yang berarti pemimpin yang suci.
Apa kehebatan beliau?
Dalam menyebarkan Islam,beliau selalu berpedoman pada Al Qur'an dan Al Hadits.namun,cara penyampaiannya bukan secara langsung seperti mengajak penduduk mengaji dan sholat.akan tetapi,beliau menggunakan metode pendekatan budaya.beliau yakin,jika kepercayaan penduduk langsung diserang,mereka akan marah,melawan dan tak membuka diri dengan pesan komunikasi sang sunan,yaitu ajaran agama Islam.
Sang sunan memanfaatkan kesenangan penduduk akan nyanyian dan karawitan.sehingga,beliau menciptakan lagu lagu yang memuat pesan Islami lalu dinyanyikan dengan iringan gending.penduduk lambat laut pun suka,kemudian sedikit demi sedikit mereka memahami ajaran yang dibawa sunan dan meninggalkan kepercayaan mereka.
Tahukah kamu?lagu Ilir Ilir ternyata sarat mengandung pesan agama.maknai liriknya,''cah angon cah angon,penekno blimbing kui.lunyu lunyu penekno...kanggo sobo mengko sore'' (wahai penggembala,ambilkan belimbing itu.meski dahannya licin,tolong ambilkan...sebagai bekal sore nanti).
Makna universal dari lirik itu adalah,kita diibaratkan sebagai penggembala yang berusaha keras menggembala kambing (bekerja untuk mencari nafkah).meskipun demikian,kita diminta untuk mengambil buah belimbing.pastinya kamu tahu,belimbing itu memiliki lingir/sisi yang menonjol berjumlah lima= sebagai penyimbolan sholat 5 waktu.jadi kita diwajibkan untuk menunaikan sholat 5 waktu,meskipun lunyu/ sulit/ berat,lakukanlah dengan iklas.agar buah belimbing itu bisa dijadikan sebagai bekal nanti sore,yaitu waktu menghadap Tuhan YME.tahu 'kan,ibadah yang pertama kali dihisab apa?
Begitulah sunan menerapkan pendekatan budaya dalam menyampaikan pesan komunikasi.sama persis dengan teori komunikasi yang dicontek ilmuwan barat bahwa pendekatan budaya adalah salah satu metode penyampaian pesan secara efektif.hal ini karena approachment tersebut menyetarakan komunikator dan komunikan.tak ada yang dianggap lebih tinggi maupun lebih rendah.sebab komunikator berinteraksi langsung serta membangun kedekatan emosional dengan komunikan.
Subhanallah...hebat sekali para pendekar Islam di tanah Jawa ini.
Merekalah teoritis dan praktisi ilmuwan di bidang komunikasi terhebat yang pernah dimiliki Indonesia.

Rabu, 22 September 2010

First Impression

''Kesan utama begitu menggoda,selanjutnya terserah anda''

Begitulah tagline terkenal dari sebuah iklan produk parfum untuk menggaet konsumen.percaya atau tidak,tagline itu memang benar adanya.kesan pertama atau first impression akan menentukan bagaimana suatu hubungan antarmanusia akan berlanjut atau tidak.perkara hubungan itu akan berlangsung lama maupun singkat,itu tergantung pada kelihaian masing masing individu dalam membangun sikap pengertian dan komunikasi yang baik.akan tetapi,tanpa kesan pertama,mana mungkin sebuah hubungan dimulai?
Dosen retorikaku pernah mengungkapkan pernyataan kontroversial bagi para mahasiswa pada waktu itu.dia berkata,''Kalau mau jadi komunikator yang menarik dan dikagumi banyak orang,jadilah pribadi yang menawan.oleh karena itu,jangan alergi jika para cowok nanti harus pakai bedak atau parfum ketika akan tampil di muka umum''.sontak,teman temanku pada protes mendengar kalimat ganjil itu.memang,pernyataan itu memang berlawanan dengan dunia maskulin para lelaki.padahal,itu adalah semacam trik untuk mendapatkan perhatian publik.(tulisanku ini juga masih berhubungan dengan postingan berjudul Personal Attractiveness).ibaratnya,siapa yang mau tertarik melihat/ menikmati penampilan seseorang yang kucel dan bau?
First impression yang paling sederhana adalah senyum.dalam ajaran Islam,memberikan senyuman ikhlas kepada sesama manusia bernilai pahala sedekah.tak hanya itu,kehadiran senyum ini dapat meruntuhkan anggapan sombong dari orang lain terhadap kita serta membangun kehangatan dalam membina suatu relasi dengan mereka.
Aku rasa,tak ada yang tak suka dengan kehadiran senyum.ia mampu memberikan pesona bagi empunya meskipun si pemilik senyum berwajah ngepas (hahaha...saya belum menemukan istilah yang lebih halus untuk menggambarkan orang yang kurang beruntung dalam memiliki wajah tampan/ cantik).
Seperti itulah manfaat menebarkan senyum dalam upaya memberikan kesan pertama yang dramatis dari kehadiran kita di tengah tengah masyarakat.tak bisa dibayangkan bagaimana suksesnya anda andaikata anda pandai mengolah first impression dan berhasil membangun hubungan antarpersona yang baik dengan orang orang yang berhasil dalam ranah keahlian mereka.anda akan nampak sebagai individu yang brilliant.dan yang perlu ingat,sukses dapat dipelajari dari sekarang.

Setan 14 Inci

Semak belukar itu nampaknya memang menawarkan keangkeran di malam hari.sebuah areal pemakaman di tengah kota (yang benar saja!!!) terkesan mengerikan di bawah terangnya bulan purnama.letaknya memang berdekatan dengan pusat kota.sebelah selatan taman makam pahlawan yaitu alun alun Purworejo.jangan tanya seberapa dekat.hanya dibatasi jalan raya yang melintas menuju kantor bupati.sebelah timur makam itu,berupa stasiun radio RSPD (kini kantor pemerintahan).sebelah utara makam,lapangan sepak bola Garnizun yang sudah ada sejak jaman Belanda.dan sebelah barat yakni sebuah jalan utama menuju stasiun lama kota serta deretan toko toko.
Menurut cerita penduduk setempat,makam pahlawan itu memang angker.pasalnya,pemandangan seperti rumput ilalang setinggi lutut nampak tak terawat,nisan makam terlihat terbengkalai dan monumen yang berbentuk lipstick,seolah menjadi saksi bisu gugurnya para pejuang dalam merebut kemerdekaan Indonesia.pernah ada selentingan kabar,dahulu kala ada tukang becak yang mangkal di pojok utara makam.karena sepi tak ada penumpang, maka ia tertidur.saat ia terbangun,ia mendapati becak dan dirinya sudah berpindah tempat menjadi di pojok selatan makam.ia lalu kapok tak berani mangkal di situ lagi.tak ada yang tahu,siapa 'pelaku'nya.namun,dilihat dari lokasi mangkalnya tukang becak tadi,tak ayal pelakunya bukan dari bangsa manusia.tak mungkin manusia kurang kerjaan memindahkan tukang becak dan becaknya.apalagi pepohonan besar di sekeliling tempat itu mengindikasikan pasti ada yang tak beres di sana.
Tapi...
Tapi itu dulu.bagaimana dengan sekarang??makam makam pahlawan itu kini dipindahkan ke taman makam pahlawan Projo Handoko Loyo,Sucen,Purworejo.bekas makam itu kini disulap menjadi taman kota.lantainya sekarang dipavling.didirikan rumah jaga di situ.ada juga 2 gasebo serta 2 pos keamanan yang selalu sepi.
Kalau ada event besar,tempat itu selalu dijadikan sentra pasar malam yang amboi ramainya.jika hari hari biasa,akankah penunggu ex makam pahlawan itu muncul lagi??
Hawa singup itu tak lagi kentara.tengah malam,aku iseng melewati tempat itu sendirian.dari kejauhan,jantungku berdetak semakin keras.kulihat tiga atau empat wajah bersinar nampak begitu sibuk dengan benda di depannya yang sebagai sumber sinarnya.tangannya juga tak mau kalah sibuk menari di depan sumber sinar bagian bawah.sumber sinar itu sekiranya berukuran segi panjang berdiagonal 14 inci.aku lirik benda itu dari kejauhan,nampak berwarna biru bertuliskan Facebook di pojok kiri atas.ada juga halaman yang berdimensi segi empat penuh dengan tulisan yang sangat kecil.ada juga gambar gambar wanita cantik yang selalu diakses oleh wajah bersinar itu.mereka tertawa cekikan menikmatinya.anehnya,aku tak takut lagi mendengar cekikan mereka.
Ternyata,tempat angker itu kini hanyalah tinggal cerita.saran saya,apabila anda punya benda 14 inci maupun ponsel berfasilitas WiFi,berkunjunglah ke tempat itu.untuk menjadi setan 14 inci sejenak.

Selasa, 21 September 2010

With Whom You Are Friends?

Diriwayatkan dari Bakr Abdullah bin Abu Zaid,bahwasanya beliau pernah bersabda:
''Berhati-hatilah dengan teman yang jelek.karena sesungguhnya,tabiat itu suka meniru''
Dari hadits tersebut,sudah cukup jelas arti pentingnya memilih teman.memilih teman yang tepat akan menentukan bagaimana sikap kita dalam menghadapi hidup dan konsekuensi setelahnya.apabila kita berteman dengan orang yang suka bersedekah,maka kita akan merelakan sebagian rejeki kita untuk diberikan fisabilillah.namun,kita pasti tahu apa yang terjadi dengan harta kita jika kita berteman dengan penjudi atau pemabuk?
Teman yang baik adalah teman yang dapat menjadikan kita memiliki kepribadian mulia.terlebih dapat mendekatkan diri kepada Allah.
Bahkan Rasulullah juga pernah bersabda,''Bersahabat dengan teman yang baik ibarat berdekatan dengan penjual minyak wangi.engkau akan mencium bau wangi darinya.bahkan dirimu juga akan berbau wangi.akan tetapi,berteman yang buruk laksana berteman dengan peniup api pandai besi.engkau dapat terkena bunga api yang bisa membakar bajumu,membuatmu berbau tak sedap serta asap yang menyesakkan napas'' (Riwayat Bukhori,Kitab Buyuu',Fathul Bari 4/323 dan Muslim,Kitab Albir 4/2026).
Disarikan pula dari kitab ilmu pengetahuan yaitu Ta'lim Muta'allim karya Syeikh Az Zarnuji,dalam bab memilih teman,beliau menulis,''Teman yang jahat itu lebih berbahaya dibanding ular berbisa.sebab teman yang jahat itu bisa menjerumuskanmu ke dalam neraka jahannam.oleh karena itu,bertemanlah dengan teman teman yang baik.karena mereka dapat menyebabkanmu masuk surga''.
Kumpulan hadits di atas saya maksudkan agar memberi pengertian bahwa memilih teman itu ibarat penentuan keselamatan hidup kita di dunia dan di akherat.penentuan jalan hidup kita ke depan ternyata dimulai sekarang juga.bukan nanti atau kalau kita sudah tua.tapi sekarang,saat kita mencari teman.sehingga tidaklah berlebihan tentang adanya proverb dalam bahasa Inggris disebutkan,''If friendship doesn't make you become good person,so you are friends with wrong people''

Don't Be Like A Glass


Seorang anak duduk termenung di samping meja makan.matanya menatap kosong ke arah piring,gelas dan sendok yang baru saja dicuci.entahlah apa yang ia pikirkan.yang jelas,dilihat dari air mukanya,ia sedang dirundung masalah besar hingga merubah suasana hatinya menjadi seperti itu.
Sang ibu kemudian datang menghampiri buah hatinya itu.ia merasa risau dengan perubahan sikap anaknya tersebut.sehingga ia menanyakan apa yang telah terjadi kepada anak semata wayangnya itu.namun si anak tidak bergeming.ia tetap tutup mulut.tak mau berbagi cerita kepada orang yang telah melahirkan dan membesarkannya itu.raut wajahnya tak merona meski tangan ibunya sudah membelai rambutnya.matanya masih menatap kosong,seolah tak menyadari bahwasanya ada seorang yang begitu perhatian kepadanya.
Anak itu masih tetap pada pendiriannya,diam.
Sang ibu lalu mengajaknya ke dapur yang tak jauh dari ruang makan.si anak akhirnya angkat bicara.''Ada apa bu?saya diajak ke dapur??.sang ibu menjawab,''Nanti kamu tahu''.
Si ibu menyiapkan sebuah gelas bening yang diisi air putih tiga seperempatnya.kemudian si anak disuruh memasukkan sesendok garam ke dalam gelas,lalu diaduk.setelah garam tersebut benar benar menyatu dalam larutan,sang ibu menyuruh anaknya untuk meminum larutan garam itu.awalnya si anak menolak sebab pasti sudah tahu dan yakin kalau rasanya sangat asin.''Sudahlah,minum sedikit saja.tak perlu dihabiskan'' kata ibu.akhirnya si anak menyeruput larutan itu,dan mukanya sedikit cemberut menahan rasa asin yang tak sedap sama sekali.''Asin?'' tanya sang ibu.anaknya mengangguk mantap.
Tak lama kemudian,mereka berdua pergi ke danau yang tak jauh dari rumah.sang ibu membawa segelas larutan garam yang dibuatnya tadi bersama anaknya.sesampainya di tepi danau,si anak bertanya,''Ada apa bu ke sini?''.sang ibu malah balik bertanya,''Kamu masih ingat rasa larutan ini?''.si anak mengangguk dan raut mukanya memancarkan pesan tersembunyi agar ia jangan diminta lagi untuk mencicipi larutan itu.sang ibu kemudian menuangkan seluruh larutan garam itu ke air danau,dan membiarkannya sejenak.
Si anak bingung dengan apa yang dilakukan ibunya itu.''Sekarang,minumlah air danau itu.sedikit saja''.si anak lalu menciduk air danau dengan tangannya kemudian meminumnya.wajahnya kini menampakkan rona segar.bahkan ia menciduknya sekali lagi kemudian menikmati tegukan keduanya itu.
''Segar bu'' kata si anak gembira.
''Kau tahu anakku?? Masalah yang kau punyai itu ibarat garam.jika kau menjadi gelas,maka hidupmu akan sesempit gelas itu dan kau tak dapat menikmatinya.akan tetapi,jika kau menjadi danau dengan air yang melimpah ini,ibu percaya,masalah sebesar apapun,tak akan dapat membuatmu menyerah untuk menghadapi hidup''.
Si anak pun akhirnya dapat tersenyum manis di tengah pelukan ibundanya.

Senin, 20 September 2010

DEKADE

11 Agustus 1999
Ini adalah tahun terakhirku sekolah di SMU. Semua perasaan dalam hatiku campur aduk. Hampir saja aku tak sanggup untuk menggambarkannya di sini. Antara senang, sedih, sedikit puas dan berharap untuk bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi suatu saat nanti. Terus terang, aku sudah tak sabar lagi untuk membahagiakan orang tuaku. Namun aku harus tetap bersabar. Tahun ketiga ini harus kujalani dengan sebaik-baiknya. Kutuliskan semua hal-hal yang menarik tentang tahun ketigaku ini pada sebuah buku harian. Inilah kebiasaan yang kata teman-temanku jarang dilakukan oleh anak laki-laki kebanyakan. Tapi aku tak begitu mempedulikan hal ini. Sebab ini bukanlah masalah penting yang harus menyita perhatianku. Ada hal yang lebih krusial daripada itu.
Halaman pertama sengaja kutulis tentang kedua orang tuaku yang sangat berjasa membawaku hingga tingkat pendidikan setinggi ini (meskipun bagi sebagian orang tertentu, pendidikan SMU dianggap belum apa-apa untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai harapan). Halaman kedua, penaku kuajak menari di atas kata-kata yang mendeskripsikan tentang Dara. Dialah salah seorang perempuan yang sangat menarik bagiku. Walaupun dia terkesan tertutup dari dunia luar, aku masih menaruh rasa penasaran yang teramat dalam kepadanya. Kurangkai kalimat demi kalimat yang setidaknya mewakili ungkapan kalbuku. Seorang tetangga desaku yang hanya melontarkan senyuman sederhana saat berpapasan denganku di pagi hari saat akan berangkat sekolah.
Bangku digebrak oleh seseorang. Buku tulisku sampai ‘melompat’ beberapa senti dari meja dan pulpenku juga tiba-tiba raib entah ke mana. Kulihat pelaku dari semua ini. Pak Narto. Dialah guru Matematika yang sedang mengajar kelas kami. Pribadi beliau memang keras. Beliau menerapkan sistem belajar yang bagiku sedikit menyiksa. Bagaimana tidak, aku sudah lama tidak bisa berdamai dengan mata pelajaran yang satu itu. Angka-angka dan lambang-lambang khasnya, membuat logikaku diacak-acak serta kepalaku seakan memberat dibanding jika aku berhadapan dengan mata pelajaran bahasa maupun sosial. Karena Pak Narto menangkap basah aku tak memperhatikan pelajaran beliau siang ini, beliau menyuruhku mengerjakan sebuah soal trigonometri di papan tulis. Hatiku runtuh seketika dan kakiku mendadak lemas. Akan tetapi teman sekelasku seolah sepakat mendukungku dengan sorak mereka. Aku pun akhirnya terpaksa maju ke depan kelas walaupun otakku tak punya siasat untuk menyelesaikan soal itu. Lama terpaku tanganku memegang kapur yang hanya menempel di papan tulis. Tidak ada goresan kapur yang mengindikasikan aku piawai dalam hal menyelesaikan soal sin cos tan tersebut. Suara tegas Pak Narto akhirnya melengkapi keputusasaanku. Beliau menyuruhku berdiri di depan kelas karena aku tak bisa mengerjakan soal yang beliau buat. Teman-teman sekelasku hanya menatapku nanar. Bagiku, ini adalah biasa. Bukankah dari Sekolah Dasar aku memang tak bersahabat dengan mata pelajaran itu? Ya, begitulah. Aku akhirnya menjadi penjaga kelas berpakaian seragam di siang bolong. Sebagaian pegawai sekolah dan petugas perpus bertanya kepadaku dan sebagian lagi menertawaiku. Ah, inilah seninya jadi anak sekolah.
5 September 1999
Tak kuduga sebelumnya. Hukuman Pak Narto itu benar-benar membuatku malu. Saat menanti bel pelajaran terakhir berbunyi, tiba-tiba Dara melewati depan kelasku. Mungkin ia akan mengembalikan buku ke perpus sebelum jam pelajaran usai setengah jam kemudian. Ia hanya menatapku tanpa makna. Sekali saja. Lalu ia menoleh ke arah dalam kelas dan mengetahui kalau mata pelajaran terakhir di kelasku hari ini adalah Matematika. Akhirnya ia tahu juga, mengapa aku berada di luar kelas seperti ini 
23 Februari 2000
Untungnya, aku bisa berteman baik dengan Biologi. Bukan karena gurunya yang ramah dan seringkali memberikan petuah-petuah yang berguna untuk menjalani hidup ini dengan bijak. Akan tetapi, pelajaran ini adalah satu-satunya pelajarn beraliran IPA namun banyak hafalannya. Aku suka itu. Terlebih hari ini. Ada kegiatan outdoor hari ini. Pak Sutikno menugaskan kepada kami untuk meneliti tanaman Terminalia catappa. Menggambarkan bagaimana bentuk pohon secara umum, buah, daun dan lengkap dengan klasifikasi ilmiahnya. Kami sekelas terjun ke lapangan. Di sebuah tempat nongkrong favorit anak-anak SMU kami, sebuah bangku memanjang membentuk huruf U dan di tengah-tengahnta tumbuhlah tanaman itu. Warga sekolah menyebut pohon itu ketepeng. Sedikit melenceng dari istilah yang umumnya dilafalkan masyarakat Indonesia, ketapang. Di situlah aku menikmati indahnya menggeluti bidang sains, bersama teman-temanku yang senasib denganku.
Baru kusadari, hari Selasa ini bertepatan dengan mata pelajaran olahraga di kelasnya Dara. Anak-anak laki kelas itu sedang berada di lapangan basket. Sedangkan anak-anak perempuannya berada di lapangan basket. Ada dua grup bertanding di lapangan tersebut. Dan aku bisa menebak. Dara tak mungkin ikut dalam kedua grup tersebut. Ia tak menyukai olahraga, sebagaimana aku tak menyukai matematika. Aku tersenyum melihatnya. Dia juga membalas senyumku dari balik pagar kawat yang mengelilingi lapangan basket. Kita telah menemukan kelemahan kita masing-masing hari ini.
6 Juni 2000
Kelulusan tahun ajaran hari ini membanggakan sekolahku. Bahkan, kepala sekolah menyatakan secara terbuka bahwasanya beliau bangga dengan nilai-nilai yang dicapai murid-muridnya. Semua murid dinyatakan lulus dengan nilai yang memuaskan. Peraih angka 10 pada pelajaran Matematika mencapai dua puluh lebih. Bahasa Inggris lima orang dan Bahasa Indonesia dua orang. Untungnya, aku berada di antara di antara ketiga mata pelajaran yang disebutkan tadi. Mustahil namaku tercantum di daftar peraih 10 besar Matematika, sedikit kemungkinan di Bahasa indonesia. Bahasa Inggris. Inilah kebanggaanku saat ini. Aku harap, ini adalah awal terbaikku untuk melangkah ke bangku universitas.
Hari ini, aku melihat Dara meluapkan kegembiraannya bersama Devi, teman dekatnya. Sangat mudah ditebak, namanya pasti tercantum di daftar 10 besar pada mata pelajaran yang aku berjanji tak akan kumasuki saat kuliah nanti, Matematika. Itulah terakhir kali aku melihatnya tertawa riang.
14 September 2000
Bulan pertamaku dengan menyandang predikat sebagai mahasiswa Fakultas Bahasa Inggris. Awalnya aku bangga dengan diriku sendiri. Namun, seiring berjalannya waktu, perasaan itu lama kelamaan hilang. Menjadi mahasiswa bukanlah saat untuk membanggakan apa yang kita miliki. Karena kita memang tak punya apa-apa jika dihadapkan dengan lingkungan yang baru semacam ini. Beberapa sikap senior yang arogan, kelompok-kelompok garis keras, genk-genk brutal yang selalu mengancam pengguna jalan di malam hari, perampokan dan bentuk kejahatan lainnya. Inilah yang harus kuwaspadai di kota baruku ini. Kota besar yang sarat dengan hal baru yang belum pernah kujumpai di kota tempat kelahiranku. Apa lagi yang bisa kubanggakan jika sudah begini.
Kuakui, aku memerlukan waktu lama untuk beradaptasi dengan lingkungan kos. Teman-teman kos dengan beragam karakter mengharuskanku pandai-pandai menjaga sikap. Di sisi lain, ibu kos yang boleh kusebut super cerewet jika aku nunggak iuran bulanan satu bulan saja. Pernah suatu ketika ia sengaja mematikan listrik di saat aku sedang mengerjakan tugas di komputer pribadiku. Belum lagi teman-teman satu kampus yang berasal dari berbagai macam daerah dengan bermacam-macam pemikiran sehingga membentuk genk-genk. Tapi jangan berpikiran negatif dahulu. Di tengah-tengah lingkungan yang terkadang kurang bersahabat, ternyata masih ada kelompok yang bisa ‘berteman’ dengaku. Misalkan seorang yang sering mengajakku untuk mengikuti lomba menulis cerita pendek maupun lomba karya tulis ilmiah. Ada juga yang suka berpetualang hingga ke gunung, hutan dan pantai. Aku benar-benar hidup di lingkungan yang belum pernah kukenal sebelumnya.
29 Desember 2000
Aku sangat gembira! Aku dinyatakan lolos seleksi penerimaan beasiswa prestasi selama setahun ke depan. Aku harus segera memberi tahu kedua orang tuaku kabar bahagia ini.
3 Juni 2001
Maafkan aku, buku harianku. Aku rasa, aku belum bisa meneruskan kebiasaanku ini untuk selalu menulis. Hal ini karena aku sangat sibuk dengan kegiatan kampus. Aku menjadi salah satu organizer dalam sebuah organisasi pengembangan Bahasa Inggris, kursus Bahasa Perancis untuk menambah kemampuanku di bidang bahasa, latihan taekwodo, dan menjadi staf redaksi majalah kampus. Semua ini memang terkadang menguras tenagaku. Ini terdengar memang kurang adil. Kamu selalu mendengar keluh kesahku selama ini namun aku kini keberatan bercerita lagi denganmu. Bukan maksudku aku meninggalkanmu, buku harianku. Aku hanya berpisah denganmu sejenak sebab aku memang benar-benar tak sanggup memaksakan diri untuk menulis jika aku terlalu kelelahan seperti ini. Aku berjanji, aku akan menceritakan kepadamu mengenai apa saja yang menarik di kehidupanku ke depan. Kamu memang harus tahu.
4 Februari 2005
Sedikit berbagi dengan buku harianku setelah sekian lama kubiarkan baris-baris ini kosong. Aku tak malu mengakui kalau aku jatuh cinta dengan dunia sastra. Memang ada teman kampusku yang mengolok-olok aku. Dia berkata, “Aneh sekali laki-laki tak suka olahraga. Tapi, ia lebih suka bergelut dengan komputer dan sastra yang membingungkan”. Inilah yang menyebabkan aku tergerak hati untuk menuliskan kata-kata lugu temanku itu.
Aku tak mengambil pusing kata-kata itu. Ia pasti orang yang tak suka baca buku. Ia tak tahu pengarang-pengarang laki-laki ternama. Negeri ini memiliki W.S. Rendra, Habiburrahman L. Shirazy, dan Andrea Hirata. Sangat betul aku belum mampu menandingi kesaktian mereka dalam mempermainkan kata-kata yang sanggup menyihir penggemar buku-buku mereka. Tapi, aku punya cara sendiri dalam mengungkapkan jiwa sastraku. Karena inilah gayaku, dan aku bangga karena itu.
3 September 2005
Sekali lagi aku bangga dengan hobi menulisku. Ini tak membuatku kewalahan lagi saat menyusun skripsi. Skripsiku tentang strategi komunikasi instruksional atau dalam bahasa awamnya mengenai pengajaran. Diam-diam, aku punya cita-cita untuk menjadi guru. Alangkah indahnya jika kita punya andil dalam rangka mencerdaskan bangsa ini.
Ini sekaligus menjadi hari pertamaku mengenakan kaca mata minus satu. Entahlah apa yang menyebabkan kedua mataku tak senormal dulu. Apakah kebiasaan memandangi komputer terlalu lama, kurang mengkonsumsi vitamin A alami atau cara membaca bukuku yang salah. Kutak tahu mana yang harus kukambinghitamkan.
17 Maret 2006
Aku masih di kota ini. Dua hari yang lalu, aku disibukkan persiapan untuk menghadapi CPNS. Puji syukur kepada Tuhan, semua rencanaku dilancarkan oleh-Nya. Dua bulan kemudian, pengumuman penerimaan CPNS itu akan diumumkan. Semoga doaku dikabulkan untuk menjadi salah satu pahlawan yang berjasa untuk negeri ini.
8 Mei 2006
Doaku telah dijawab Tuhan. Aku lolos penerimaan PNS di kabupaten ini. Hanya saja, aku ditempatkan bukan di kabupaten ini. Namun di Kebumen. Sebuah kota yang dekat dengan kota kelahiranku, Purworejo. Tidak apalah, aku justru makin bersyukur karena aku bisa lebih dekat dan dapat sering pulang kampung untuk menjenguk orang tuaku jika hari libur. Benar kata orang bijak, jika kita melakukan bagian kita, Tuhan pasti akan melakukan dan memenuhi bagian-Nya.
26 November 2006
Aku mengajukan aplikasi untuk mengajar di SDN 5 Kebumen. Sebuah sekolah yang sangat asri. Banyak pepohonan di setiap sudut kelas. Inilah pemandangan yang makin jarang ditemui di sekolah-sekolah, terutama sekolah di kota-kota besar yang belum menyadari akan pentingnya keberadaan pohon-pohon tersebut. Setidaknya, kerindangan lingkungan ini turut menghambat pemanasan global yang dirasa makin ganas dalam hari-hari terakhir ini.
Untuk menjadi seorang guru secara resmi di sekolah ini, aku harus melewati masa pengabdian selama kurang lebih setahun. Demikianlah kata kepala sekolah saat aku menemui beliau di ruangannya. Mendengar ini, aku tak bisa berkata apa-apa. Aku begitu kagum dengan kuasa Tuhan yang telah memudahkan segala urusanku. Besok, aku adalah hari pertamaku mengajar di kelas 1 SD. Doakan ya, semoga aku bisa menikmati pengalaman pertamaku ini.
Mungkin ada yang bertanya. Mengapa aku memilih menjadi guru SD. Jawabannya sangatlah sederhana. Aku menyukai anak-anak. Mereka tampil apa adanya. Kehidupan mereka dijalani tanpa adanya tipu daya dan dunia mereka penuh dengan rasa ingin tahu. Tak sabar rasanya belajar bersama mereka dan tak ada salahnya membagi pengetahuan dengan mereka.
27 November 2006
Siang ini sedikit lebih terik dibanding siang-siang sebelumnya. Pepohonan sekolah terlihat bergoyang-goyang diterpa angin. Aku duduk di depan kelas 1. Lima belas menit yang lalu, murid-muridku pulang dan mereka dijemput oleh orang tua mereka di depan pintu gerbang. Kuusap peluh di dahiku, hari ini cukuplah memuaskan bagiku. Aku mengajar Bahasa Indonesia di kelas ini, serta kelas 2 dan 3. Hari pertama ini aku coba mengajar tulis menulis dan pembagian suku kata. Anak didikku terlihat sangat antusias dengan cara mengajarku. Kalaupun ada yang nakal, wajarlah. Satu dua murid tidaklah begitu memberatkanku, meskipun aku perlu menegur mereka sesekali waktu. Ada seorang yang murid bernama Gandhi. Dia sangatlah pendiam. Namun demikian, dia satu-satunya murid yang berani duduk di barisan paling depan. Saat kutanyai di akhir pelajaran (aku senagaja mengarang pelajaran tambahan. Sesi ini kusebut sebagai sesi menilai), dia menjawab dengan sedikit terbata-bata dalam Bahasa indonesia. “Pak Guru jangan grogi saat di depan kelas. Kalau besok seperti Bu Eni, saya akan sangat senang dengan pelajaran bapak”. Bu Eni adalah guru Bahasa Indonesia senior di SD ini. Kedudukan beliau kugantikan sebab beliau sudah memasuki usia pensiun.
“Terima kasih, Gandhi” ucapku sambil menatap anak laki-laki berpipi gembil itu. Dia tersenyum kepadaku.
18 April 2007
Jangan bilang siapa-siapa ya. Saat di kantor guru, aku disapa oleh seorang guru Bahasa Inggris. Dia bernama Bu Setyo. Umurnya kurasa tak jauh berbeda denganku. Dia membuka percakapan denganku karena dia menganggap aku sedikit introvert di lingkungan ini. Dia memintaku untuk lebih membuka diri dengan guru-guru lain. Dengan demikian, aku bisa berbagi pengalaman dengan mereka. Pengalaman apapun itu. Baik yang menyangkut hal belajar mengajar maupun tata pergaulan guru murid di sekolah ini.
Benar juga kata beliau. “Apa sih susahnya tersenyum dan menegur sapa dengan orang yang kita temui di dalam lingkungan sekolah ini. Entah sesama guru atau pegawai sekolah ini” tandasnya. Meski susunan kalimat itu seakan menelanjangiku, namun tak terasa tajam mengiris telingaku. Senyumannya lah yang menawarkan bisa di kata-kata pisaunya itu. Baiklah, aku akan mencoba untuk lebih terbuka untuk ke depannya.
4 Desember 2007
Kepala sekolah SD ini, Bapak Budiman, mengabulkan permintaanku. Surat bukti pengabdianku di sekolah ini selama setahun terakhir ini akhirnya berhasil aku kantongi. Beliau berpesan kepadaku agar aku semakin meningkatkan kualitas mengajarku di sekolah. Bagi sebagian murid, pelajaran Bahasa Indonesia akan terasa sangat membosankan jika metode belajarnya tidak kreatif dan inovatif. Inilah alasan beliau mengapa aku harus tetap belajar mendalami buku-buku kuliahku dulu, terutama buku-buku yang menunjang skripsiku.
5 Maret 2008
Hanya ada aku dan Bu Setyo. Semua guru telah pulang lebih awal di hari Jumat ini. Kami sudah berjanji untuk mengambil gaji bulanan kami di kantor pos. Untuk menuju ke sana, kami hanya jalan kaki. Jarak sekolah dan kantor pos bisa ditempuh selama 15 menit. Jarak yang cukup dekat. Selama di perjalanan, kami bercerita banyak tentang latar belakang pendidikan kami. Beliau terkejut bahwa aku dulunya mengambil Pendidikan Bahasa Inggris. Akhirnya, beliau menantangku. Jika di luar jam pelajaran, bagaimana jika kami aku berbicara dengan bahasa Inggris dengannya. Ia mengemukakan alasannya, bahasa itu ibarat sebuah latihan berjalan. Semakin sering ia digunakan dan dilatih, maka akan semakin lancar ketika diucapkan. Aku langsung mengiyakan usulannya itu. Ia secara tak langsung mengingatkanku kepada dosen Grammar-ku waktu di bangku kuliah dulu. Beliau mengucapkan hal yang isinya kurang lebih sama dengan apa yang Bu Setyo katakan kepadaku hari ini.
Kantor pos hari ini ternyata dipenuhi pengunjung. Sebagian besar dari mereka adalah pegawai negeri. Saat mudah dikenali dengan pakaian dinas yang mereka gunakan. Termasuk kami . Aku menunggu giliran di dekat loket, tepat di belakang Bu Setyo. Aku pandangi wajah orang-orang yang ada di sekitarku. Setiap wajah yang menyimpan cerita masing-masing. Namun secara umum, wajah mereka memancarkan aura kebahagiaan. Maklumlah tanggal muda. Begitu pula denganku, kebahagiaan setelah dapat memperoleh penghasilan sendiri dapat kurasakan sekarang. Dan aku berjanji, aku harus menyisihkan penghasilanku ini untuk kutabung dan menganggarkan dana khusus untuk kukirim untuk orang tuaku di kampung.
Di tengah keramaian orang-orang yang disibukkan dengan urusan mereka masing-masing, seorang anak kecil menghampiriku.
“Pak Yudha sedang apa di sini? Sedang menabung ya? Gandhi juga senang menabung lho, Pak” kata anak kecil itu.
Aku membungkukkan badan sejenak untuk dapat bertatap muka dengan anak yang seukuran dengan dadaku itu. “Bapak tidak menabung, bapak hanya menemani Bu Setyo menabung” kataku. Bu Setyo mengangguk mendengarkan kataku yang penuh tipuan itu.
“Gandhi” seorang ibu muda memanggil salah seorang muridku. Gandhi menoleh ke arah sumber suara dan ia berteriak kegirangan. “Ibu...”. anak laki-laki itu terlihat sangat manja di pelukan ibunya. “Ibu...ibu...ke sini deh ikut Gandhi. Ada gurunya Gandhi. Guru bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia yang sangat baik kepada Gandhi” kata anak laki-laki itu.
Gandhi bersama ibunya lalu datang mendekati kami. Ibunya terlihat malu-malu untuk menemui kami. Ia nampak melambat-lambatkan perjalanan agar ia dapat mengulur-ulurkan waktu. Namun, akhirnya ia sampai juga di hadapan kami. Aku dan Bu Setyo bersalaman dengan ibunya Gandhi.
“Apa kabar, Bu Irham?” tanya Bu Setyo. Ternyata, mereka berdua telah saling berkenalan sebelumnya.
17 Maret 2008
Bu Irham itu juga kelihatannya sama-sama sedang membangkitkan sesuatu yang telah lama terpendam ketika kedua pasang mata kita saling bertatapan waktu di kantor pos itu. Aku melihat kesusahan yang teramat sangat di matanya. Sangat jelas kedua mata yang bersembunyi di balik kaca matanya berusaha merangkaikan kepingan kenangan yang hampir satu dekade tak diketahui rimbanya. Namun, usaha kerasnya tak membuahkan hasil. Aku tak mengetahuinya secara pasti. Apakah ia benar-benar lupa ataukah hanya menjaga sikap. Apalagi kalau bukan karena ia telah memiliki kehidupan baru dan keluarga yang baru pula. Ia hanya sedikit mengenalku. Tak lebih dari sekedar guru yang mengajar Bahasa Indonesia di sekolah anaknya. Senyumannya masih sama saat terakhir kali aku melihatnya di hari kelulusan itu. Aku masih mengenalnya. Seorang yang aku menyukai senyumnya saat ia tak bermain basket bersama teman-temannya. Satu dekade yang lalu.
11 April 2008
Aku masih mengajar Bahasa Indonesia di kelas 2. Sekarang aku duduk di meja guru. Sempat tak terbayangkan aku sudah menjadi guru. Bahkan aku mendapatkan predikat sebagai guru termuda di SD ini. Sedangkan murid-muridku menjulukiku sebagai Pak Haha. Aneh memang. Tapi aku tahu alasannya. Dalam belajar, aku menggunakan metode permainan untuk menyampaikan sebuah pelajaran. Jika seorang murid tak memahami pelajaran yang kusampaikan, ia akan kusuruh secara personal untuk menjawab pertanyaanku mengenai materi tersebut. Hal ini untuk melatih keberanian mereka mengemukakan pendapat dan menunjukkan jati diri mereka sedini mungkin. Jika ada yang salah, aku akan memberikan tepuk tangan untuk menyemangatinya. Kemudian aku akan bercerita sebuah cerita lucu agar teman-teman yang lain tak punya waktu untuk menertawakan temannya yang salah tadi. Sebab aku sering membuat mereka tertawa itulah, aku mendapat sebutan itu.
Saat jam pelajaran berakhir, aku berjalan bersama Rina, Sari, Gandhi dan Probo yang akan pulang ke rumah mereka. Sedangkan aku harus ke kantor guru terlebih dahulu untuk mengembalikan buku-buku ajar ke mejaku. Aku sengaja belum memasuki kantor guru untuk sekedar berdiri memandang pintu gerbang. Di sana, banyak orang tua yang sedang menanti buah hatinya datang kepada mereka. Ada juga pedagang makanan kecil yang mencoba mengais rejeki di tengah hari yang terik ini. Pandanganku mengarah kepada seorang yang membawa payung kuning. Ia melontarkan senyumnya untuk anak didikku, Gandhi saat anak kecil itu berlari kegirangan mendekatinya. Kemudian mereka terlibat percakapan singkat.
Ketika mereka berdua akan membalikkan badan, orang itu sempat melihat ke arahku. Aku hanya menganggukkan kepala sekali sebagai tanda menghormatinya. Ia lalu melakukan hal yang sama kepadaku. Kemudian keduanya meninggalkan sekolah ini. Aku pun harus segera ke ruang guru. Kemudian membuat cerita pendek untuk menggambarkan apa yang telah terjadi selama satu dekade ini.



Purwokerto, 5 Juli 2010.

Sabtu, 18 September 2010

Hidup itu adalah belajar

Aku punya seorang teman yang dipanggil Einstein di kampus.entahlah,bagaimana bisa ia menyandang gelar prestisius itu.barangkali,karena ia memiliki keunikan dari caranya berpikir dan berbicara.lucunya,saat ia berkata kata,pasti muncul banyak huruf ''ee...''.tapi,apa yang ia sampaikan pasti bermakna substansial.tak seperti si cas cis cus pengobrol,namun tak bermakna sama sekali.
dia berasal dari Kebumen.dalam kehidupan kampus,dia akrab denganku karena kita selalu mengerjakan tugas kampus bersama dengan teman teman yang lain.dengannya pula,aku menyelesaikan magangku di Pemda awal tahun ini sehingga aku mengantongi nilai A di akhir semester.
Terus terang,aku kagum dengannya.dia seorang yang sholeh dan hidupnya diwarnai oleh aturan aturan Islam.setiap kali bertemu dengan sesama muslim,ia selalu berusaha pertama kali untuk mengucapkan salam seraya senyum menyungging di bibirnya.tak jarang aku kalah dalam hal berlomba siapa yang mengucapkan salam dulu.bisa dipastikan,dialah pemenangnya.aku pun mengenalnya baik.dia tak pernah marah dengan emosi meluap luap jika ia merasa dilecehkan.ia hanya tersenyum,atau setidaknya dia diam maupun mengalihkan pembicaraan.
Dia adalah sahabatku yang aku belajar banyak dengannya.suatu saat,ia mengirimiku pesan singkat.aku tak begitu mengingat setiap kata katanya.namun,aku selalu memegang kuat kuat baris barisnya.
Hidup itu adalah belajar.
Belajar sabar meski seakan tak kuat bertahan.
Belajar ikhlas meski tak rela.
Belajar memahami meski hati tersakiti.
Aku menatap lama huruf huruf yang tersusun itu.aku heran,kata kata mulia itu bisa muncul dari seorang yang juga hobi bergurau itu.ia memang jarang mengirimiku pesan gurauan.hanya pesan pesan sarat nasehat dan hikmah darinya.
Ia mengajariku untuk menjadi dewasa.kusadari,aku memang bukan anak anak lagi.tapi telah dewasa.dan ia telah membantuku untuk belajar menjadi dewasa dalam menghadapi hidup.
Belajar berani berhadapan dengan masa depan walaupun kecemasan selalu datang menghadang.
Syukron katsir akhii.jazakallah khoiron jaza