
''berusahalah.meskipun kekuatan kita hanya sebatas lambaian tangan,namun dengan lambaian itulah kita bisa menghentikan bus raksasa.dan ia pun berhenti untuk kita.maka berusahalah''
Bagiku,hal yang menarik adalah menulis.tak peduli bagaimanapun hasilnya itu.tak peduli orang menganggap apa profesi menulis itu.tak peduli bagaimana masa depan penulis itu.aku nyaman dengan diriku sendiri,walaupun terkadang dipandang sebelah mata oleh orang lain.daripada dipuja dan disanjung sanjung oleh orang lain,tapi aku bukan menjadi diriku sendiri.
Dalam hidupku,menulis adalah sesuatu yang kuyakini dapat membuatku tampak jauh lebih muda dibanding teman yang selalu mengolok olok hobiku ini.dan aku sangat bersyukur dengan bakatku ini.
Rencana jangka menengahku adalah,aku ingin membuat antologi cerpen ciptaanku sendiri.entah berapa buah cerpen yang akan kujilid nanti.mungkin antara sepuluh hingga lima belas buah.sedangkan hanya 4 buah yang sudah aku selesaikan.satu di antaranya,telah berhasil menjadi sepuluh besar lomba penulisan cerpen favorit se-Jawa Tengah yang diselenggarakan universitasku.cerpenku itu berjudul ''Senja di Sangkar Merpati'',sebuah ironi tentang kesederhanaan yang masih menyisakan celah kebahagiaan bagi sebuah keluarga.
Baru baru ini,aku mendapat sebuah ide.sederhana sebenarnya.tentang saudara kembar yang saling mendoakan sesamanya.ditinjau latar belakang mereka,mereka akrab sejak masih bayi.bahkan kebiasaan mereka mengejar bulan purnama untuk berdoa di bawahnya,mengundang anggapan syirik saat sikap keduanya itu diketahui teman teman pesantren.padahal,mereka berdoa hanya kepada Tuhan.berdasarkan niat.bukan meminta bantuan kepada bulan purnama atau makhluk selain Allah.
Doa mereka selalu terkabul.(hati mereka bersih menjadi salah satu alasannya).namun tak jarang pula doa mereka tak didengar Allah kalau mereka berdoa seraya berencana berbuat maksiat.bukankah Allah mengetahui apa yang kita tampakkan maupun yang disembunyikan?
Cerita ini aku tutup dengan satu doa yang dikabulkan pada saat yang tidak tepat.hingga salah satu dari mereka menyesalinya.
Antologi ini mungkin kuberi nama Satu Doa.sebuah judul yang mengingatkan kepada kita semua bahwa setiap ucapan adalah doa.kita tak tahu kapan doa kita terkabul.namun,tak lepas dari semua itu,berusaha sebisa mungkin agar doa yang kita ucapkan mengandung kebaikan untuk kita sendiri dan tentunya untuk sesama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar