Blogger news

Pages

Senin, 30 Januari 2012

"Terharu"


Ternyata status facebook bisa menginspirasi. Salah seorang adik kelas saya pagi ini menulis di dindingnya, "Saya orangnya mudah terharu", demikian isinya, singkat dan tak basa basi. Tak perlu menunggu sekian detik, hal itu langsung saya bandingkan dengan kehidupan saya. Bagaimana seorang Agus soal kata 'terharu' itu?

Terharunya saya mungkin ada persamaan dengan harunya versi kalian. Dikatakan mudah terharu, tidak juga. Namun keadaan berbalik 180° kalau saya sudah melihat perempuan tua yang masih bekerja dengan giatnya. Seorang penjual sayur keliling yang saya hafalkan sejak masih SMP, bahkan sampai catatan ini saya buat, beliau masih istiqomah dengan pekerjaannya. Biasanya beliau bekerja di pasar pagi Jalan Buntu. Seorang nenek penjual roti gendong juga sering saya temui jualan di Pandekluwih hingga toko Sarinah setiap siang menjelang sore. Kalau pergi ke pasar Baledono atau terminal Kongsi, pasti lebih banyak lagi pemandangan mengharukan -versi saya- yang bisa dijumpai secara langsung. Bahkan belum lama ini, saya mendengar kisah teman kuliah saya yang kini jualan mie ayam dekat stasiun. Kiosnya suatu ketika didatangi seorang tunawisma tua yang membawa barang bawaannya dengan karung goni. Dengan uang seadanya, beliau ingin sarapan mie ayam. Karena tak tega, akhirnya teman saya itu membuatkan semangkuk mie ayam untuk beliau secara cuma-cuma.

Entah dijadikan janji pribadi atau tidak, kemungkinan figur-figur seperti mereka itu akan saya masukkan ke dalam karya saya. Sebuah karya yang memuat kritik sosial untuk bangsa ini yang tak kunjung bangkit dari keterpurukan.

Sabtu, 28 Januari 2012

Badai Matahari


3 hari yang lalu, selama 2 hari berturut-turut, Indonesia atau mungkin juga dunia sedang dilanda fenomena dahsyat. Fenomena tersebut bahkan menyulut kepastian kalau kiamat benar-benar terjadi di akhir tahun 2012 ini. Kejadian langka ini mengejutkan banyak pihak. Angin kencang bertiup sesuka hati, panas matahari sedemikian menyengat hingga dedaunan melayu, pepohonan tumbang terutama di daerah Jabodetabek, burung-burung panik, manusia apalagi, cuaca tak menentu ditambah temperatur udara yang meningkat drastis. Mau tahu apa penyebabnya? Badai matahari lah dalangnya.

Sempat kubaca di koran online, badai matahari mencapai puncaknya hingga bumi pada malam hari tanggal 24 Januari kemarin. Hal itu menyebabkan gangguan bahkan kerusakan pada satelit telekomunikasi maupun pemancar radio. Ada pula hoax yang menyebutkan larangan menelpon siapapun pada tanggal itu karena bisa berakibat terkena radiasi badai matahari. Begitu dahsyatnya dampak badai matahari bagi bumi. Inilah bukti kalau manusia itu hanyalah makhluk kecil di alam semesta, apalagi jika dibandingkan dengan Sang Pencipta.

Hanya saja, masih ada satu pertanyaan yang masih mengganjal bagiku. Banyak media yang memberitakan kalau badai matahari akan sampai di bumi pada Selasa malam dan itu berdampak secara langsung bagi kehidupan manusia. Pertanyaanku: masa malam-malam ada matahari?

Apapun itu, terlepas ramalan kiamat suku Maya, aku tetap menganggap bahwa ini adalah bukti kekuasaan Tuhan di atas segala sesuatu. Ia pasti sedang memperingatkan kita yang kini sedang jauh dengan-Nya. Sekali lagi inilah bukti kalau Dia sangat sayang kepada kita. Ibarat seorang ibu yang memperingatkan anaknya agar tidak bermain pisau karena benda itu bahaya, nah Tuhan sedang mewanti-wanti agar kita menjauhi bahaya/ larangan-Nya.

Wallahu a'lam bis showab....

Rabu, 25 Januari 2012

Anak Laki-Laki-Mu

Anak laki-laki itu masih
kedinginan di tengah derasnya deru hujan kepagian.
Ia menggigil di balik bilik
meninggalkan sabit dan
pemotong karet di belakang.
Ia kemudian berimajinasi, tak ada yang perlu disesali dengan datangnya hujan.
Ia turun dari langit atas seijin-Nya dan pasti itu untuk kebaikan manusia.
Tak ada yang perlu disesali
karena mengambil keputusan ini, berkawan dengan nyamuk dan ular hutan.
Tak ada yang perlu disesali dari sebuah keadaan, semendesak apapun.
Karena Tuhan selalu memberi celah dalam setiap kesempitan.
Seperti halnya jeram di tengah kanyon dan cadas.
Tidakkah Engkau melihat
keteguhan hatinya, Tuhan?
Ia tetap tersenyum meski
hatinya luar biasa getir.
Ia tetap berkarya meski hatinya berulang kali dihinggapi keputusasaan.
Ia tetap bergumul dengan
pepohonan, meski pohon-pohon itu tak mempedulikan nasibnya.
Ia selalu tegar meski terkadang kakinya terlalu ringkih karena lelah berusaha.
Tidakkah kamu melihat itu,
Tuhan?
Seorang anak laki-laki-Mu yang selalu mengharap keajaiban datang dari-Mu.
Pabila Engkau punya kehendak lain, setidaknya, hiburlah dia Tuhan.
Gembirakanlah ia sejenak di dalam kesendiriannya.
Lingkupilah ia dengan selimut surga-Mu.
Agar ia tak kedinginan malam ini.
Belailah ia dengan tangan
Rohim-Mu.
Jangan biarkan dia kesepian di sana.
Dia adalah anak laki-laki-Mu yang sedang menunggu doa-doanya Kau jawab.
Tolong,Tuhan...
Jangan kecewakan dia.

Horor Banyumasan

Mbah Dirkam duwe bojo rewel pisan. Pas padu, bojone ngedumel bae
ora nana mandege. Mbah Dirkam muntabh, bojone akhire dicemplungna
sumur tua mburi umah..

Pas wengine Mbah Dirkam
kemutan karo bojone. Wedi
konangan, tur maning dunya rasane sepi nek
ora krungu omelane bojone.
Tengah wengi Mbah Dirkam
langsung lunga sumur karo
nggawa anda. Bar nyeluk bojone, mbah Dirkam ngeduna andane. Tapi Mbah Dirkam kaget pisan, jebul cempuleke sing agi agi
munggah malah wujud mahluk ireng gede banget, rambute rewag rewog, gadile dawa pisan, awake wulu tok ora kathokan.
Karo kaget Mbah Dirkam takon, "Kowe si sapa.. bojoku ndi?"
Mahluk irenge karo lunga
semaur, "Nyong Gendruwo sing nunggu sumur kiye, kae bojomu
nang ngisor.. Mumeti lah..
Ngromed bae.. Timbang mumet ngrungokna ocehane, mending nyong tek pindah sumur liyane
bae lah.."

#GENDRUWOKOPLAK!

Nenek dan Kue Keranjang


Tahun baru Cina memang punya tradisi unik tersendiri. Lihatlah, semua tempat dihias warna merah dan emas pertanda warna keberuntungan. Banyak harapan dipanjatkan oleh etnis keturunan Tionghoa, agar tahun baru ini membawa banyak keberuntungan. Selain itu, pertunjukkan barongsai digelar di jalan-jalan utama untuk sekedar hiburan sekaligus menghalau roh-roh jahat yang berkeliaran.

Secara kultural dan agama, kami memang tidak merayakan Imlek, namun setidaknya kami pernah ikut menikmati hidangan khasnya. Nenekku dulu pernah bekerja di sebuah toko yang menjual pakan ternak milik seorang cina keturunan. Setiap menjelang tahun baru Masehi, beliau selalu diberi kalender cantik secara cuma-cuma. Kalender itu bergambar burung, pemandangan atau bunga, lengkap dengan cap toko tersebut di bawahnya.
Menjelang Idul Fitri, nenek selalu dihadiahi kue nastar, biskuit kaleng, sirup bahkan amplop dari mereka. Giliran Imlek, nenek diberi kue keranjang. Awalnya aku sempat heran, bagaimana kue itu dinamakan kue keranjang? Padahal bentuknya tidak berlubang sama sekali.

Hampir tiap tahun tradisi ini berjalan, ketika nenekku masih hidup. Tahun ini, gemerlap Imlek terkesan sepi. Bukan karena kami tidak merayakannya sebagaimana biasanya. Hanya saja ada suatu kehadiran yang hilang, tak seperti tahun-tahun lalu. Tak masalah kue keranjang yang absen di meja makan kami. Itu bisa dibeli dengan uang & bisa didapatkan di manapun. Namun, nenek, tak ada yang bisa membelinya dengan apapun. Tak ada yang bisa menebusnya agar beliau hadir sejenak biar menikmati setiap irisan kue keranjang denganku seperti tahun-tahun yang lalu. Kehadiran beliau masih kurindukan sampai sekarang.
Semoga engkau tenang di alam sana, nek....

Minggu, 22 Januari 2012

Nyanyian Sunyi


Bahkan beberapa orang yang saya temui terheran-heran seraya bertanya, "Sendirian? Kamu tinggal di situ sendirian?"
Saya pun mengangguk dengan mimik muka yang kurang lebih kalau mereka bisa membacanya, akan bermakna, "Lha iya, orang biasa-biasa aja kok. Apa yang perlu dikhawatirkan?"
Bahkan orang sekelas Pak Baedhowi dan Bu Kalim pun terpesona. Haduh jadi terharu :(

Menurut sebagian orang, rumahku tampak seperti rumah tua nan angker. Dikelilingi rimbunan hutan bambu, paling pojok, belakangnya makam, pepohonannya banyak, tipe rumah Jawa Klasik dll. Memang saya juga merasa ada yang tak beres di rumah ini. Tapi toh, ini adalah rumah masa kecilku. Aku dibesarkan di rumah yang penuh kasih sayang ini. Biarpun orang berkata apa, aku selalu menemukan kedamaian di sini. Apalagi setelah waktu tengah malam tiba. Suara hewan rimba bambu, suara gemericik sungai tua, suara anjing menyalak di selatan jauh dan terkadang suara hewan malam lainnya, semuanya berkolaborasi menciptakan kerinduan yang hanya hatiku yang menikmatinya sebagai nyanyian malam sunyi.

Rumah ini dulu adalah keluarga besar, kini hanya aku yang bisa menikmati kesendiriannya.

Sabtu, 14 Januari 2012

Nasi Berkat


13 Januari, ada selamatan 7 bulan kandungan Mbak Nunung di rumah mas Eman. Si shohibul hajat kebetulan tidak bisa hadir karena (katanya) kandungannya lemah dan riskan kalau dibawa bepergian jauh. Sehingga dalam acara ini, hanya aku dan mas Eman saja yang nampak di hadapan para tamu (makenya kata 'nampak', kaya dedemit pohon jengkol aja).

Acara dimulai oleh Pak Dawud, pengasuh pesantren, pukul delapan lebih dan selesai kurang dari setengah jam.
Pikirku, cepet amat prosesinya? Kalau tradisi di Purwokerto, acara sejenis itu berlangsung lama. Pantas saja karena yang dibaca surat Maryam, Yusuf, Al Kahfi yang panjangnya minta maaf itu. Kalau di acara semalam itu, entah apa yang dibaca, biasa... penerima tamu identik berada di serambi. Jadi ga paham apa yang dibaca, sekilas membaca sholawat beberapa kali.

Ada beberapa undangan yang tidak hadir, sehingga kita perlu mengantarkan bungkusan berkat ke rumah yang bersangkutan. Saat melewati pondok pesantren, kulihat ada tiga santri yang duduk-duduk di pintu musholla. Mereka semua menatap kita berdua, mungkin ada di antara mereka yang berkata dalam hati, "Semoga mas-mas itu mengantarkan satu berkat aja untuk aku. Lapar banget gela".

Tiba-tiba aku teringat kalau pas lagi ada di pesantren. Yang namanya santri itu paling antusias sama yang namanya nasi berkat. Tahulah bagaimana pola hidup di sana.

Saat kami membelok ke arah utara musholla, mendadak aku merasa perlu memberikan salah satu berkat untuk mereka. Kasihan sumpah, teringat teman pesantrenku yang kelaparan dan ga ada yang bisa dimakan sama sekali. Tapi mau gimana lagi, berkat yang kita bawa sudah dijatah, tak ada yang lebih. Mungkin ketiga orang itu langsung gigit jari melihat kami berdua hanya numpang lewat.

Tahukah kamu apa yang terjadi selanjutnya?
Aku tak enak makan nasi berkat itu sendirian setelahnya!

Jumat, 13 Januari 2012

Vacation To Prambanan














Wah, adikku pulang ke Purworejo tanggal 7 Januari! Itu artinya kita akan senang-senang lagi. Heran, sudah tua-tua gini sukanya masih dolan mulu.
Tapi biarlah. Inilah hikmah yang bisa diambil, sebab dari kecil kita berdua dirawat terpisah, maka sampai besar pun kami jadi sangat akrab.

Kalau ketemu, seperti orang yang ga pernah bersua puluhan tahun. Tak hanya itu, berbagai macam rencana disusun untuk merayakan pertemuan ini. Misalkan membeli alpukat, maen ke kantor Telkom untuk online, jalan jalan ke pasar/ alun-alun, pulang desa ke Sambeng dan perayaan paling besar: pergi ke Candi Prambanan!

Awalnya aku tak tahu kalau mau ke sana perlu naik angkot 2x, ada acara ngoper penumpang pula. Bikin aku jengkel, tapi akhirnya aku sadar kalau yang bego itu aku sendiri :D
Setelah perjalanan 2 jam, kami sarapan dulu di warteg depan pintu masuk candi. Setelah itu, kami masuk lokasi sekitar jam 11, biaya masuk Rp 30.000,- per orang (setdah!). Di dalam lokasi, kita langsung foto-foto. Aku dapat kesempatan foto bareng bule Rusia, Belanda dan Polandia. Ga cuma di kawasan candi, di taman (yang ada gasebo dan ayunannya), di museum, dekat air mancur bahkan di jalan utama candi. Dasar, banci kamera banget hahaha

Akhirnya kita keluar kompleks candi pukul setengah tiga sore. Sambil ngemil es dan belanja jajan gethuk pathok serta brem rasa melon (rasanya biasa aja tuh, ga berasa melonnya = pembohongan publik), kita naik bus kembali ke Purworejo sampai Maghrib. Hebatnya kita, sehari itu kita cuma makan nasi sekali, ya waktu menginjakkan kaki ke Klaten itu, selebihnya cuma makan jajan. Tidak ada rasa lapar sama sekali (kita juga heran bisa menjadi sehebat itu :D) yang ada cuma seneng bisa mewujudkan rencana kita berdua yang udah disusun jauh jauh hari sebelumnya.