Blogger news

Pages

Senin, 05 November 2012

Pendiam Itu Mudah Ditaklukkan


Untuk beberapa orang yang memiliki karakter pendiam, seringkali mereka memiliki rahasia yang kalau terbuka sedikit saja, kita pantas berteriak WOW. Bukan maksudku menghiperboliskan sesuatu, hanya saja dari pengalamanku berhadapan dengan orang pendiam, aku menemukan sesuatu yang hampir saja aku sulit mempercayainya kalau mereka yang mengatakannya atau mereka sendiri yang mengalaminya. Seperti yang kukatakan tadi. Mereka memiliki dunia yang jarang dijamah oleh orang lain. Mereka ibarat fenomena gunung es yang tampak kecil di permukaan, namun membentuk tebing raksasa di bawah permukaan laut. Dari luar nampak tenang seperti tenangnya permukaan sungai, namun di bawahnya terdapat palung dengan kecepatan arus air yang bisa melenyapkan nyawa manusia sekalipun.

Secara tak sengaja, aku telah menemukan teori baru berkenaan tentang orang pendiam ini. Teori ini tak kutemukan melalui metode penelitian tertentu, melalui riset, survey atau konsensus apalah itu namanya. Aku menemukannya secara sepintas, kata Einstein, Eureka! Asal ngobrol-ngobrol dengan mereka dan tak sampai setengah jam, aku sudah tahu bagaimana kepribadian orang pendiam yang ada di hadapanku itu. Nah, teori yang sudah ada yaitu berbicara dengan orang pendiam itu jauh lebih sulit daripada memulai konversasi dengan orang yang cerewet/ banyak bicaranya. Aku setuju dengan itu. Namun semuanya itu tak jadi sesulit yang dibayangkan asalkan kita tahu teorinya. Seperti halnya Matematika dan Fisika. Asal kita hafal teori dan sering menerapkannya pada soal-soal latihan, dua pelajaran tersebut akan mudah saja dikerjakan. (Tapi aku pribadi, rasanya kok ga pernah bisa berdamai dengan dua pelajaran eksakta itu, bedebah sekali).

Lalu, teori macam apa yang berhasil kutemukan? Rasanya seperti profesor saja yang berhasil mencetuskan teori mahacanggih :D Dengarkan baik-baik: Orang, sependiam apapun, kalau mereka sudah diajak ngobrol soal hobi mereka, mereka dijamin tak akan kehabisan bahan pembicaraan. Cobalah bayangkan, ada orang yang pendiam. Kamu kesulitan untuk memulai percakapan dengannya. Padahal kamu sering duduk berdampingan dengannya. Nah, suatu ketika cobalah kamu bertanya tentang apa yang ia sukai. Sebagai contoh, “Dengar-dengar, kamu suka nonton film ya?”, “Kamu tahu dari mana?”. “Ya, dengar-dengar aja sih. Dengar dari kabar burung. Burungnya burung emprit”. “Kamu bisa aja deh. Kalau iya kenapa?”. “Genre apa yang kamu sukai?”. “Drama kali ya? Kalau kamu?”. “Horor”. “Ih kok horor sih, kan serem”... (lanjutin sendiri lah ya).

Dari contoh sederhana di atas, setidaknya kamu punya sedikit gambaran bahwa orang pendiam itu tak selamanya sulit ditaklukan. Akan tetapi, kamu juga harus tahu kondisi emosional si pelaku. Misalkan dia pendiam dan nampak sedang bersedih, jangan coba-coba kamu menanyakan apa hobinya. Terkadang, ketika ada orang yang sedang murung itu, kita sebaiknya tak menanyai dia dengan serentetan pertanyaan konyol yang membuat mereka makin ilfil dengan keberadaan kita. Apa yang perlu mereka dengar terkadang hanyalah kalimat singkat dari kita, “Sudahlah, kamu jangan bersedih, aku ada di sini untuk kamu”. Siapa tahu dari gombalan busukmu itu, si pendiam itu tiba-tiba mau menceritakan apa yang telah membuatnya bersedih.
Ilmu komunikasi, sebenarnya gampang saja. Semuanya hanya perkara bagaimana kamu bisa memulai bicara dengan orang lain yang ada di sekitarmu. Sebab, berbicara dengan orang-orang jauh lebih menyenangkan daripada ‘berbicara’ dengan benda mati. Trust me, it works!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar