Blogger news

Pages

Jumat, 02 November 2012

Still Hurt


Barangkali tidak ada yang bisa mengalahkan indahnya berlarian seperti orang gila di antara pematang-pematang sawah, sambil menghirup udara pagi dan membiarkan sinar mentari menerpa wajahmu yang segar. Mentari bahkan tak menyangka bahwa kedua matamu menangis semalaman. Akan tetapi kamu bisa melupakan masa sulit di malam hari dan ingin mencoba menjadi kupu-kupu yang selalu terbang bebas tanpa ada apapun yang menghalanginya.

Atau mengikuti suara musik alam, gemericik air sungai yang mengalir menerpa bebatuan hitam nan legam, namun air sungai tersebut tetaplah jernih dan dapat memberikan kesegaran bagi makhluk hidup lain. Sementara duduk di tepian, itu sudah lebih dari cukup untuk menenangkan pikiran dan menjernihkan perasaan yang semula berat, menyakitkan dada.

Bermain gitar di pinggir rel kereta api seorang diri, orang-orang Indonesia dengan sinisnya menyebutnya pengamen jalanan, namun aku tidak akan menyebut diriku demikian. Aku hanya ingin melepaskan beban hidup melalui suara dentingan senar gitar yang kudendangkan sembarang pola. Bernyanyi sesuka hati, tanpa ada aturan ini itu dan yang kuinginkan hanyalah mencoba memaknai dunia melalui musik. Biarpun aku tak mengenal betul apa itu musik, namun bukankah musik terdalam itu adalah musik yang muncul dari dalam hati? Untuk kali ini, aku sedang mencoba untuk bernyanyi country.

Kubiarkan orang-orang hanya lewat di depanku, kubiarkan kereta api melaju cepat melampauiku, kubiarkan burung-burung terbang bebas di atasku. Namun tetap, aku akan menyanyikan lagu country untuk diriku.

Atau sekedar berbaring di tepian pantai. Seorang diri menatap langit yang biru, dengan gumpalan awan yang membentuk arsiran pasir pantai. Aku tak punya alasan untuk tetap bersedih, langit masih biru, matahari masih bersinar, tepian laut masih berdebur, angin masih menyapa dan aku durhaka kepada Tuhanku kalau aku tak mensyukuri nikmat ini.

Kalau aku masih kesulitan untuk melakukan itu semua, biarkan aku berjalan di tengah-tengah hutan tanpa siapapun yang menemaniku. Melewati pepohonan tak bertuan, lumut-lumut yang siapapun enggan menyentuhnya, tumbuhan paku yang dibiarkan hidup liar, suara burung-burung menceritakan kebahagiaan mereka karena nikmat Tuhan masih menyertai mereka selama ini. Aku hanya ingin duduk di sebuah batu besar di antara mereka. Agar alam menyembuhkanku dengan kekuatannya. Agar mereka menjadi psikiaterku di tengah-tengah kekacauan jiwaku. Dan aku tahu, mereka pasti berhasil, tiada cela dan tiada gagal sebab alam telah berpengalaman jutaan tahun dalam menyembuhkan perasaan yang terluka, pada manusia.

jika ada kolam ikan dengan beberapa bunga teratai mekar di atasnya, bolehkan aku duduk di tepiannya. Aku akan dengan senang hati berbagi secangkir teh denganmu, dan menceritakan betapa senangnya menjadi ikan emas yang habitatnya dipenuhi oleh bunga-bunga surga yang tidak ada yang bisa mengalahkan kecantikannya. Meski air tempat mereka tumbuh kotor dan keruh, teratai tetap menampilkan pesona yang membuat siapapun terkagum kepadanya. Mengapa kita tak belajar hidup dari teratai?

Jika aku tidak bisa melakukan itu semua.

Jika aku keberatan untuk menjejakkan kaki ke tempat yang baru.

Jika aku masih ingin menetap di dalam kamar meskipun aku tahu itu hanya semakin menambah beban perasaan.

Jika aku masih ingin menjadi manusia terbodoh di dunia ini yang menganggap awan hitam lebih menarik dibanding gumpalan awan berarsiran pasir pantai.

Jika aku tak punya lagu country untuk kunyanyikan dengan caraku sendiri, di tempat pilihanku sendiri, dan dengan nada yang kuciptakan sendiri.

Jika aku masih ingin terpekur di suatu tempat di mana kamu pinjam hatiku dalam keadaan utuh dan mengembalikannya dengan keadaan terpecah menjadi beberapa bagian.

Jika aku masih memilih warna biru melambangkan sendu daripada warna merah sebagai warna kebanggaanku.

Jika aku masih merasakan sakit, itu berarti aku masih peduli.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar