
Aku teringat akan ucapan teman SD-ku.saat kami berkumpul di depan kelas setelah jam pelajaran usai,dia berkata,''Carilah bunga kamboja yang kelopaknya berjumlah 4.lalu selipkanlah bunga itu di buku Matematikamu.pasti kamu jadi pintar Matematika,Gus''.
Semenjak kejadian itu,aku jadi sangat antusias dengan pencarian bunga kamboja berkelopak empat di kuburan belakang rumahku.mencari dan mencari pekerjaanku sehabis pulang sekolah,seolah tak mengenal putus harapan.namun,pencarianku berujung pada kenihilan.tak kujumpai satu buah pun yang seperti disebutkan temanku itu.kemudian aku terpaksa mengambil kamboja berkelopak 5 seperti pada umumnya bunga itu dan menyelipkannya di antara halaman buku paket Matematika.sungguh,aku melakukannya waktu itu.kutunggu sekian lama sekaligus berharap ucapan temanku itu menjadi kenyataan.
Namun apa daya.sejak ritual aneh itu aku jalani,nilai Matematika tak ada kemajuan sedikitpun.bahkan nilai mata pelajaran itu waktu aku SMP dapat 5,hingga orang tuaku dipanggil wali kelas.kebetulan wali kelas itu guru Matematika yang tidak aku sukai.
Lambat laun,aku mengambil kesimpulan.bunga kamboja ya bunga kamboja.matematika ya matematika.pakai ilmu apapun,tak akan ada hubungannya antara kedua benda itu,terlebih ilmu mistik yang dulu sempat aku percayai.
Intinya,tak ada ilmu yang didapat dengan instan dan sekejap.Thomas Alva Edisson belum berhasil menciptakan lampu dalam hitungan puluhan kali uji coba.baru ke hitungan ratusan kali atau mendekati ribuan,ia berhasil menciptakan penemuannya.dan tentunya,itu semua memerlukan waktu yang tak singkat.
Pak Kyai Dawud,seorang kyai Pondok Pesantren Al Ma'unah,Purworejo.beliau mondok di pesantren selama 14 tahun sebelum akhirnya menjadi salah satu kiai besar di kota berirama ini.suatu ketika,beliau konon pernah mendapat pertanyaan dari wali santri,''Lha,menawi anake kulo dipun pondoaken tigang taun lamine,punopo sampun cekap pak kyai?'' (Lha,misal anak saya dipondokkan selama tiga tahun,apa itu cukup pak kyai?).Pak Dawud tersenyum simpul lalu menjawab dengan tenangnya.''Tigang taun niku taksih adaptasi Bu.taksih nyobi nyobi nopo kulo betah wonten pondok nopo boten.taksih ngenal lingkungan.ragi saha batosipun dereng mlebet sedanten wonten lingkungan enggal niku.istilahe taksih mbuka halaman pertama kitab''.
Dan orang tua itu pun hanya membalas pernyataan pak Dawud tersebut dengan senyum pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar