Malam Minggu,aku mencoba jalan jalan di kota berirama.menikmati suasana kota yang sudah lama tak aku rasakan setelah sekian lama berada di kota satria.belum jauh kakiku melangkah dari pintu rumah,aku sudah bisa menangkap sensasi malam hari di kotaku ini.dan bukan menjadi rahasia umum lagi.pemandangan di jalanan sudah sangat berbeda dengan keadaan di kala aku masih kecil.dulu,ketika aku diajak jalan jalan dengan ibuku (aku sangat dekat dengan ibuku,sampai sampai aku dipanggil anak mami oleh teman teman sekelasku sekaligus para guru),suasana di jalan raya masih belum terlalu ramai.anak anak masih akrab dengan para remaja.mereka nampak asyik dalam permainan yang mereka mainkan.sedangkan para orang tua,juga terlibat dialog yang intim dengan rekan sebaya mereka.sensasi keakraban sesama manusia masih terasa kental.terlebih,jalanan ramai oleh pejalan kaki dan pesepeda yang dari dulu selalu bermuara di alun alun.ada pula pengendara motor dan mobil.meskipun itu jumlahnya masih sangat jarang.
Sekarang,jaman memang sudah berubah.jangan harap bisa menyeberang jalan dengan mudahnya.semua itu harus menunggu sekian menit untuk menunggu jalanan tak terlalu ramai oleh sepeda motor dan mobil.di setiap pinggiran jalan,banyak orang tua dan anak anak serta remaja yang seolah olah akrab.terkesan janggal memang.secara ragawi,mereka memang saling duduk berdekatan dan kuyakin mereka saling berteman dan kenal dekat satu sama lain.namun secara batiniah,entahlah.mereka sibuk dengan ponsel mereka masing masing.nampaknya mereka khusyuk dengan kesibukan mereka sendiri.hampir tak ada kebisingan di antara mereka.kalaupun ada,mungkin mereka hanya bercakap seperlunya saja.tak seintim dan seakrab dulu.itulah dampak perkembangan teknologi terhadap pola interaksi komunikasi antarmanusia,kalau mereka mau tahu teorinya.
Itu belum seberapa.secara tak sengaja,aku menjumpai sepasang muda mudi bercanda di pinggir jalan raya yang ramai itu.tempat mereka mangkal memang agak gelap karena berada di bawah bayang bayang bangunan toko yang tinggi.sang laki laki memegangi tangan sang perempuan.si perempuannya juga rela dijamah sedemikian rupa sampai tertawa cekikan.parahnya,si perempuan memakai jilbab à la muslimatan pengajian. (lah,kalau gitu caranya,tanggalin aja jilbabnya.memperburuk citra Islam aja).
Anehnya,melihat fenomena itu,mungkin ada yang berkomentar,''Umat yang ngakunya Islam kok begitu.berjilbab lagi''.
Bagiku,tak heran jika ada yang berkomentar demikian.it's not about the gun,but about the man behind of the gun.bukan masalah senjatanya.tapi orang di belakang senjata itu yang jadi masalahnya.bukan masalah cewek berjilbab apalagi agama Islam itu sendiri.tapi cewek itulah yang jadi masalahnya.
Kalau masalah ini diurai,memang ini bukan urusan kita.namun,karena setiap orang berkewajiban membawa misi agama masing masing (dalam Nasrani disebut misionaris),setidaknya setiap orang memiliki kewajiban menjaga nama baik agamanya.atau lebih baik menanggalkan atribut keagamaannya daripada ia dinilai melecehkan agamanya.sebab pelecehan agama seperti itu akan mendatangkan siksa yang lebih berat jika sudah dihadapan-Nya.
''Katakanlah kepada laki laki yang beriman,agar mereka menjaga pandangannya dan menjaga kemaluannya,yang demikian itu lebih suci bagi mereka.sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat (QS An Nuur 30)''.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar