Rabu, 24 Oktober 2012
Letters
Sometimes the feelings you really mean are found in the letters which you write and never send.
Bagaimana rasanya ketika kamu mempunyai semangat membara disebabkan seseorang yang bahkan tak mengerti sama sekali kalau dia begitu mempunyai makna yang dalam bagimu?
Bagaimana rasanya ketika diamnya dia saja sudah bisa mewarnai langit di atasmu, jauh lebih berwarna daripada pelangi ataupun krayon yang dulu pernah dibelikan ibumu sewaktu masih kecil?
Bagaimana rasanya ketika dia menyempatkan waktu luangnya sebentar saja, hanya untuk mendengarkan kamu bercerita tentang kisahmu? Kamu membuat perumpamaan bahwa kamu sedang mencintai orang lain, namun sejatinya orang yang kamu cintai dan yang sedang kamu bahas itu adalah orang yang sedang kamu ajak cerita sekarang?
Bagaimana rasanya ketika dia mengeluhkan sesuatu tentang masalah hidupnya dan dia memilih kamu sebagai teman terdekatnya untuk membantunya menyelesaikan perkara pelik tersebut?
Bagaimana rasanya ketika kamu punya waktu berjalan sejenak bersamanya, namun jarak kalian terasa begitu jauh lantaran hanya kamu yang mencintainya, namun dia belum tentu mencintaimu?
Bagaimana rasanya ketika dia berpaling darimu, memilih orang lain untuk sekedar berbagi cerita dengannya?
Bagaimana rasanya ketika kamu mencoba melupakannya, melupakan segala perih hati namun kenyataan berbicara lain, perasaan itu justru makin menjadi-jadi dan kamu tak tahu harus berbuat apa?
Bagaimana rasanya ketika kamu berusaha melakukan apapun demi dia, namun dia memperhatikanmu hanya sedikit saja, jauh dari harapanmu?
Bagaimana rasanya ketika kamu memiliki teman dekat, sahabat, adik, belahan hati, belahan jiwa, musuh terbesar, gebetan, calon pendamping hidupmu, sahabat paling geje, teman paling menyebalkan, rekan paling dono, dan semuanya itu ada pada orang yang sama?
Sometimes the feelings you really mean are found in the letters which you write and never send.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar