
Hari ini aku membeli permainan monopoli seharga Rp 18.500,- versi dunia. Harganya yang lebih mahal dibanding monopoli yang kubeli dulu bukanlah menjadi alasan bagiku untuk tidak membelinya. Lantaran ingin bernostalgia dengan permainan yang hampir setiap hari aku mainkan ketika aku masih SMP dulu.
Kenangan paling heboh saat main monopoli adalah ketika aku dan bulik bermain di pinggir sungai. Di saat rumah dan hotel sudah kubangun dengan susah payah, begitu juga dengan harta milik bulik, tiba-tiba angin besar datang dan mengacak-acak tatanan monopoli kami berdua. Marah besar kami waktu itu memang. Akhirnya kami mengulangi permainan tersebut dengan ganti posisi agar kejadian naas tersebut tak terulang lagi. Asal kamu tahu, bulik adalah lawan yang tak boleh diremehkan. Strategi menguasai lahan memang terkenal canggih. Alhasil aku akan langsung meminta permainan dibubarkan jika ada indikasi aku akan segera kalah. Hahahaha licik yah?
Tak hanya sama bulik. Aku juga pernah main monopoli dengan adikku. Kalau dengan dia, aku lebih sering menangnya. Aku sendiri lupa, menang alamiah atau menang licik. Hahaha tapi enggaklah, aku selalu bermain jujur. Ngapain juga curang, toh uang di permainan ini bukanlah uang asli :D
Hari ini aku mendapatkan pelajaran hidup dari sebuah permainan monopoli, setiap orang setidaknya mau membayar berapapun untuk sekedar bernostalgia dengan masa lalu. Setuju atau tidak, inilah yang aku rasakan sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar