Tadi siang, setelah aku sholat Dhuhur berjamaah di Masjid Agung, aku membeli es kelapa muda di depan SDN Purworejo II, SD-ku dulu. Kusempat bertemu dengan seorang anak kecil, kutanyai, "Dik, Pak Narto masih ngajar nggak?" Dia hanya menganggukkan kepala dan segera pergi setelah es pesanan dia sudah ada di tangannya.
Pak Sunarto adalah salah satu guru SD yang paling ditakuti. Tak hanya aku, namun juga teman-temanku merasakan hal yang sama denganku. Bagaimana kami bisa enjoy menikmati guru Matematika itu ketika sedang mengajar? Saat ngajar saja beliau pasti membawa penggaris kayu yang panjang. Kalau ada yang berisik sedikit saja, bersiaplah penggaris itu melayang ke arah si pembuat suara.
18 tahun yang lalu aku memasuki tempat itu dan lulus 6 tahun kemudian. Pulang melewati jalan yang sama seperti td siang, menyelusuri jalan-jalan tikus yang berkelok-kelok bersama teman-temanku. Di perjalanan, satu per satu temanku sampai di rumah mereka hingga menyisakan aku pulang jalan sekali sendiri. Terkadang aku bersama Encus, Umi, Rifki, Catur, Sari, atau Asta. Sehingga mereka lah yang pulang sendiri karena rumah mereka lebih jauh dibanding jarak rumahku ke sekolah.
Mendengar tawa canda anak SD sekarang, diam-diam membuatku kangen akan masa kecil. Apakah kegembiraan mereka sama dengan kegembiraanku 12 tahun yang lalu?
Setidaknya, gara-gara aku lewat SD-ku itu, aku jadi berniat untuk berkunjung ke sana suatu hari nanti. Sekedar sowan kepada guru-guru tercinta (termasuk Pak Narto hehehe) dan menapak jejak kenangan yang masih tersisa. Aku percaya, kenangan itu masih ada di sana. Sebab, salah satu alasan mengapa orang selalu berpegangan pada kenangan adalah kenangan itu tak akan pernah berubah sedikit pun di saat banyak orang di sekitar kenangan tersebut berubah.
Akan kucari kenangan itu besok. Janji... :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar