Blogger news

Pages

Selasa, 20 Maret 2012

Ganglion Langit Dari Rinai Gerimis Sore Tadi


Ketika kemarin aku berdoa kepada Tuhan agar aku tidak akan pernah mengenalnya dari balik mega merona maupun di akhir senja,

Ketika kemarin aku berdoa kepada Tuhan agar menetapkanku pada ketidakingintahuan supaya aku bisa berkelana lebih jauh dengan imajinasi liarku, memburu deru tanpa ragu oleh apapun itu,

Ketika kemarin aku berdoa kepada Tuhan agar aku tak diberi pengetahuan sedikit pun tentang dia, entah dia seharum jasminum, secerah hibiscus, semanis saccharum, sepahit tinosporae, atau sehangat elengi, maupun setegar catappa,

Ketika kemarin aku berdoa kepada Tuhan agar Dia memberikan jarak antara aku dan dia, supaya semuanya bermain pada kekuatan pikiran dan kreasi demi fantasi hati yang tiada bertepi,

Ketika kemarin aku berdoa kepada Tuhan agar harapan-harapanku itu semua terkabul, biar aku sanggup mengetahui sejauh mana karya kebutaanku bisa muncul, tanpa kaca mata, tanpa tongkat, tanpa lasik, tanpa donor retina, tanpa lensa, tanpa apapun jua,

Ketika kemarin aku berdoa kepada Tuhan agar semuanya tetap berkabut dan dingin, tidak memunculkan mentari apalagi cericit burung parkit yang menyambut cahaya kehangatan di setiap sudut langit, -biarkanlah semuanya membeku dan takkan mencair-

Ketika kemarin aku berdoa kepada Tuhan agar selalu memalingkan wajahku kepada Venus dan wajahnya kepada Saturnus, dua arah yang berlawanan, tak ada sejarah untuk bersua maupun bertegur sapa, apalagi alasan mengingkari orbit,

Rupanya penolakan Tuhan adalah cara-Nya memberitahuku bahwa aku ada di jalan yang salah,
Dan Dia menaburiku dengan ganglion langit yang berhamburan di bawah rinai gerimis di sore hari tadi,

Jumlahnya bahkan menumpuk & memeluk harapanku yang jauh di lubuk,

Apalagi, ganglion itu bisa kusimpan di sela buku dan kulihat tiap saat kapanpun sempat,

Kini aku tahu mengapa Ia menolak doaku waktu itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar