Blogger news

Pages

Sabtu, 10 Maret 2012

Seorang Pegiat Jalan Kaki


Setiap kejadian pasti memiliki makna. Tinggal bagaimananya kita memaknai arti di balik itu semua jika kita jeli dan teliti.

Sejak TK sampai sekarang, aku adalah seorang pegiat jalan kaki. Semuanya berawal ketika "ancaman" tanteku yang mengharuskan aku berjalan kaki jika mau ikut beliau ke mana pun beliau pergi. Karena sudah terbiasa dari kecil, maka tak ada alasan mengeluh jika harus berjalan kaki ke manapun juga. Terdengar hebat, namun terkesan aneh memang.

Jika dibandingkan dengan anak sekarang, wah bainal masyriq wal maghrib. Seperti timur dan barat. Anak SMP dan SMA jaman sekarang sudah mujur karena mereka sudah bisa membawa motor sendiri, terlepas dari kelengkapan surat-surat berkendara di balik itu. Jamanku, kalau tidak naik angkot, ya jalan kaki. Hanya dua opsi tersebut yang ada. Jika tiba-tiba bapak menjemputku pulang sekolah dengan motor kebanggaannya, itu adalah salah satu keajaiban yang bisa dihitung kapan terjadinya.

Bagiku pribadi, berjalan kaki bukanlah sesuatu yang memalukan. Seperti yang kubilang di atas, tinggal bagaimana kita menyikapinya. Menjadi seorang pegiat jalan kaki adalah momen di mana aku bisa melihat situasi sekitar dengan lebih dekat dan seksama. Ambillah contoh seorang pengemis tua yang nyatanya dia bukanlah orang tua yang benar-benar fakir. Setiap pagi, ia diantarkan anaknya dengan sepeda motor ke "tempat bekerjanya" yaitu di depan sebuah bank terkemuka di kotaku. Atau seorang nenek tua penjual roti keliling yang begitu giat menjajakan dagangannya, melawan terik matahari dan hujan. Ia bekerja mengitari kampung Pecinan. Bahkan pernah kulihat dia melepas alas kaki ketika memasuki sebuah toko milik seorang Tionghoa.
Kurasa fenomena sosial ini selalu luput oleh mereka yang tak pernah merasakan nikmatnya jalan kaki. Oleh sebab itulah aku selalu bersyukur dengan kondisiku ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar